Justru, ketika PDIP menggunakan tiket sendirian untuk jagoannya, sekalipun membuat solid barisan partai, namun tidak menambah suara di luar partai. Bisa jadi, katanya, PDIP akan menjadi musuh bersama seluruh kontestan Pemilu 2024.
"PDIP layak belajar dari kekalahan Pilkada DKI Jakarta 2017 karena mengajukan Ahok-Djarot yang sesama kader banteng," katanya.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Septa Dinata menilai, duet Ganjar-Puan akan dipilih bila dalam prosesnya, gesekan yang terjadi di internal kian kencang.
“Mungkin saja terjadi duet Ganjar-Puan, tapi itu bukan pilihan pertama, tapi opsi terakhir,” ujar Septa.
Pengamat politik dari IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam kasih saran serupa. Kata dia, PDIP harus berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung capres-cawapres.
"Untuk memperbesar potensi kemenangan, alangkah baiknya PDIP berkoalisi dengan partai lain," saran Arif.
Apa tanggapan PDIP terkait semua saran ini? Politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno mengaku aneh dengan prediksi yang menyebut PDIP bakal kalah kalau mengusung capres-cawapres sesama banteng.
“Terlalu dini bicara kalah menang. Kita harus memikirkan hal-hal yang lebih substantif dalam kehidupan bangsa dan negara kita,” ujar Hendrawan, saat dikonfirmasi Rakyat Merdeka, kemarin.
Wakil PDIP di Senayan ini memastikan partainya dalam posisi tenang dan seksama mencermati beragam hal yang berkembang ihwal Pilpres 2024. Hendrawan juga meyakini partainya masih jauh memutuskan siapa jagoannya. Termasuk perlu melakukan koalisi atau tidak.
“Menabuh gendang kontestasi terlalu awal, justru bisa membuat kita kurang fokus mengerjakan tugas utama kita yang hasilnya ditunggu rakyat,” katanya.
Ia mengingatkan, deadline pencalonan Pilpres 2024 itu masih sangat lama. Yaitu, September 2023. Artinya, masih cukup waktu untuk mengamati dinamika yang terjadi, manuver yang penting, dan intensi koalisi yang terbangun.“
Ketum memikirkan semua aspek dan dimensi yang relevan dalam kontestasi Pilpres. Aspek ideologis, integritas, kompetensi, keterwakilan spektrum politik geopolitik kawasan, potensi kerja sama paslon, hingga sinergitas dukungan,” pungkasnya.
Sumber: rm.id
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur