Setelah Rp197 Triliun Hilang, Apa Jaminan Korupsi BBM Tidak Terulang?

- Kamis, 27 Februari 2025 | 15:35 WIB
Setelah Rp197 Triliun Hilang, Apa Jaminan Korupsi BBM Tidak Terulang?


1. Penguatan Transparansi dan Digitalisasi

Sistem distribusi dan pengelolaan BBM harus lebih transparan dan terdigitalisasi sepenuhnya agar dapat diawasi secara real-time. 


Dengan pemanfaatan teknologi blockchain, misalnya, transaksi dan distribusi BBM dapat tercatat secara otomatis tanpa celah manipulasi dat


2. Perbaikan Sistem Pengawasan

Pengawasan internal di Pertamina perlu diperkuat dengan audit berkala yang dilakukan oleh lembaga independen. 


Selain itu, keterlibatan publik dan lembaga masyarakat sipil dalam mengawasi tata kelola energi perlu difasilitasi untuk mencegah kolusi antara regulator dan korporasi.


3. Penerapan Sanksi yang Lebih Berat

Hukuman bagi pelaku korupsi di sektor strategis seperti energi harus diperberat, tidak hanya berupa pidana penjara tetapi juga penyitaan aset dan pencabutan hak politik serta jabatan di sektor publik. Efek jera yang kuat dapat mengurangi potensi pengulangan kasus serupa.


4. Reformasi Tata Kelola BUMN di Sektor Energi

BUMN seperti Pertamina perlu direstrukturisasi agar lebih transparan dan akuntabel. 


Mekanisme rekrutmen dan promosi jabatan di dalamnya harus lebih meritokratis untuk menghindari budaya patronase yang membuka peluang korupsi.


Kesadaran Publik: Mengawal, Bukan Sekadar Menyaksikan


Selain reformasi di tingkat institusi, masyarakat juga memiliki peran krusial dalam mengawal jalannya proses hukum dan menuntut perubahan kebijakan. 


Kesadaran publik akan pentingnya tata kelola energi yang bersih harus terus dibangun melalui edukasi dan keterlibatan dalam advokasi kebijakan.


Skandal Rp197 triliun ini seharusnya menjadi titik balik bagi bangsa ini untuk memperbaiki sistem yang selama ini longgar dan mudah dimanipulasi. 


Jika tidak ada langkah konkret yang diambil, besar kemungkinan kasus serupa akan kembali terulang, dengan angka kerugian yang mungkin lebih besar lagi. 


Saatnya kita bertanya: apakah kita hanya akan menjadi saksi dari skandal demi skandal, atau turut serta mendorong perubahan yang nyata? ***

Halaman:

Komentar

Terpopuler