Namun, keputusan Dewan Guru Besar ini pun tidak berdiri sendiri. Ada indikasi kuat bahwa perdebatan di internal kampus tidak sepenuhnya berangkat dari kesadaran akademik semata. Politisasi kampus telah menjelma menjadi realitas yang tak terbantahkan.
Kampus-kampus tidak lagi menjadi menara gading yang kebal terhadap tekanan eksternal.
Justru sebaliknya, mereka sering kali menjadi ajang tarik-menarik kepentingan politik, baik dari dalam maupun luar institusi.
Kasus Bahlil ini menambah daftar panjang skandal akademik di Indonesia yang menunjukkan bagaimana kekuasaan dapat merusak independensi dunia pendidikan.
Dahulu, kita mengenal kasus serupa di mana gelar akademik diberikan kepada figur-figur tertentu dengan prosedur yang dipertanyakan.
Fenomena ini tidak hanya mencederai moral akademik, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap kualitas pendidikan tinggi di negeri ini.
Yang paling telanjang dari semua ini adalah kenyataan bahwa dunia akademik tidak lagi bisa mandiri atas nama keilmuan.
Jika sebuah institusi pendidikan tinggi bisa dipengaruhi, dikendalikan, atau bahkan ditekan oleh kekuasaan politik, maka kita sedang menyaksikan kemunduran besar dalam integritas akademik.
Ketika nilai-nilai kejujuran ilmiah bisa ditawar, dan pencapaian akademik menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan, maka yang terjadi adalah kejahatan keilmuan yang sempurna.
Kita harus bertanya, ke mana arah pendidikan tinggi kita? Jika kampus terus dikooptasi oleh politik, maka bukan hanya gelar akademik yang kehilangan makna, tetapi juga ilmu pengetahuan itu sendiri.
Maka, pembatalan disertasi Bahlil bukan sekadar episode kecil dalam dunia akademik Indonesia, tetapi alarm keras bagi kita semua: bahwa kampus harus kembali pada marwahnya sebagai institusi keilmuan yang bebas dan berdaulat. ***
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur