MIRIS! Kepedihan Anak-Anak Tergusur Proyek PIK-2 Aguan di Banten
Oleh: Desi Husna
Aktivis Aliansi Rakyat Menggugat (ARM)
Matahari tenggelam perlahan di ufuk barat, menciptakan siluet jingga di langit pesisir Banten. Namun, bagi anak-anak di Kampung Dadap dan sekitarnya, senja tak lagi membawa kehangatan.
Dulu, mereka berlarian di antara pepohonan bakau, menangkap ikan kecil di tepian sungai, dan bermain di halaman rumah yang penuh tawa.
Kini, tanah yang mereka pijak telah berubah menjadi tumpukan puing-puing.
Rumah mereka dihancurkan, dan mimpi-mimpi kecil mereka seakan tersapu gelombang urbanisasi yang tak berbelas kasih.
Di sudut tenda pengungsian darurat, Aisyah (9) menggenggam erat tangan adiknya, Rahmat (6). Mata mereka kosong, mencari sosok ibunya yang pergi mencari pekerjaan baru.
Ayah mereka, seorang nelayan, telah kehilangan perahu dan alat tangkapnya setelah penggusuran mendadak itu terjadi.
“Aku ingin pulang,” lirih Rahmat, tetapi Aisyah hanya diam. Ia tahu, rumah mereka tak lagi ada.
Ketika proyek reklamasi PIK-2 mulai digarap, pengembang menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi warga yang akan direlokasi.
Ada janji-janji tentang rumah baru, ganti rugi yang layak, dan kesempatan ekonomi yang lebih besar.
Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda. Banyak keluarga hanya mendapat sedikit kompensasi, bahkan ada yang dipaksa pergi tanpa penggantian sepadan.
Anak-anak menjadi korban yang paling menderita. Sekolah mereka terhenti karena jarak ke sekolah baru terlalu jauh atau karena orang tua mereka tak lagi mampu membayar biaya pendidikan.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur