Bukan Tuhan, Rakyat Banten Bisa Kalahkan Aguan dan Batalkan PIK 2!
Oleh: Desi Husna
Aktivis Aliansi Rakyat Menggugat (ARM)
“Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan.” – Sebuah mantra perjuangan yang terus diuji oleh zaman. Di utara Tangerang, di mana tanah bertemu laut dan mangrove pernah berjaya, kini menjulang ambisi raksasa bernama Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.
Proyek reklamasi yang digadang-gadang sebagai “the next Singapore” itu bukan sekadar megaproyek properti, tapi sebuah simbol: simbol kesenjangan, perampasan ruang hidup, dan dominasi pemodal besar atas wilayah yang semestinya menjadi hak rakyat.
Mereka yang melawan PIK 2 tak banyak muncul di media nasional. Padahal, di akar rumput, perlawanan ini adalah kisah tentang keberanian rakyat kecil menantang taipan besar.
Ini bukan kisah tentang Tuhan yang turun tangan, melainkan tentang rakyat Banten yang perlahan bangkit dan menyadari bahwa kekuatan ada di tangan mereka.
Mereka bukan konglomerat seperti Sugianto Kusuma alias Aguan, pemilik Agung Sedayu Group, otak di balik proyek PIK 2. Mereka bukan pejabat berkuasa yang bisa menerbitkan izin hanya dengan tanda tangan.
Mereka hanyalah nelayan yang kehilangan lautnya, petani yang tanahnya tergusur, dan masyarakat adat yang sejarahnya terancam lenyap oleh tembok beton bernama pembangunan.
PIK 2: Kemewahan di Atas Derita
Pantai Indah Kapuk 2 dibangun dengan menjanjikan kemewahan: kota mandiri dengan jembatan megah, jalan tol langsung ke bandara, pusat hiburan, dan properti bernilai miliaran. Tapi di balik gemerlapnya, ada jejak kehancuran yang tak bisa diabaikan.
Reklamasi itu menggusur masyarakat pesisir. Nelayan di Tanjung Burung, Kosambi, dan sekitarnya kehilangan tempat mencari ikan. Tambak-tambak garam yang dulu menopang ekonomi rakyat berubah menjadi tanah urukan.
Rakyat kecil tak hanya kehilangan penghidupan, tapi juga warisan nenek moyang mereka—hubungan dengan laut yang sudah berlangsung berabad-abad.
Ironisnya, proyek ini terus berjalan dengan restu pemerintah. Izin lingkungan? Bisa dinegosiasi. AMDAL? Bisa disesuaikan.
Jika ada protes, mereka bilang ini untuk kepentingan investasi, untuk pertumbuhan ekonomi. Tapi pertanyaannya: ekonomi siapa?
Perlawanan dari Bawah: Rakyat Tidak Takut
Namun, rakyat Banten bukan tanpa daya. Sejak awal, berbagai kelompok telah melawan proyek ini, meski suara mereka kerap dibungkam.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur