Indonesia Gelap: Lebih Parah dari Duterte, Jokowi Harus Segera Ditangkap!
Oleh: Buni Yani
Hari Selasa, 11 Maret 2025 menjadi titik balik kehidupan mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang sedang menjalani masa pensiun.
Ketika dia baru saja sampai Manila dari lawatan ke Hongkong, pria yang sudah tampak mulai renta itu digelandang oleh polisi menuju sebuah ruangan.
Dia ditangkap oleh Interpol atas tuduhan kejahatan kemanusiaan. International Criminal Court (ICC) di Den Haag, Belanda menerbitkan surat penangkapannya.
Rodrigo Duterte baru saja balik dari Hongkong menjenguk putrinya, Sara Duterte, yang sebulan lalu dimakzulkan DPR Filipina dari jabatan Wakil Presiden.
Di Hongkong dia sekaligus melakukan kampanye untuk pemilu yang akan diadakan pada 12 Mei mendatang.
Sara dimakzulkan karena mengancam membunuh Presiden Bongbong Marcos.
Begitu mendarat, Duterte langsung ditahan polisi. Interpol menangkap Duterte semasih berada di atas pesawat.
Dia dibawa ke sebuah ruangan bersama anak dan istrinya beserta pengawal yang ikut serta dalam rombongan.
Dia berjalan tertatih menggunakan tongkat. Ketika berbicara dia kelihatan letih. Mata kiri dan kanannya tampak tidak simetris, yang kiri terlihat lebih kecil dari yang sebelah kanan.
Duterte ditahan di Pangkalan Udara Villamor yang tidak jauh dari Bandara Internasional Ninoy Aquino. Pendukungnya langsung berkumpul dan berdemo di gerbang gedung.
Mereka mengatakan apa yang telah dilakukan Duterte selama menjabat sebagai presiden yaitu melakukan pembunuhan secara masif kepada pengedar narkoba—yang menurut ICC di Den Haag merupakan “kejahatan terhadap kemanusiaan”—justru membuat Filipina tambah aman dan baik bagi rakyat.
“Walang puso,” teriak pendukungnya. Walang puso dalam Bahasa Tagalog artinya “tidak punya hati”—yang merupakan ungkapan kemarahan dan kekecewaan karena Interpol telah menahan Duterte secara paksa dan tidak semestinya.
Setelah ditahan, Duterte memang dikabarkan gula darahnya naik dan kesehatannya menurun.
Pasangannya, Honeylet Avanceña, sempat adu mulut penuh emosi dengan petugas polisi yang menangkap suaminya.
Anda mau menangkap orang tua berusia 80 tahun yang sedang tidak sehat? Kira-kira begitu Honeylet protes dalam Bahasa Tagalog.
Spontan publik mengaitkan penangkapan Duterte oleh Interpol dengan perseteruan sengit antara Bongbong Marcos dengan Sara Duterte.
Spekulasi beredar bahwa Duterte tidak mungkin ditangkap oleh Interpol seandainya hubungan antara Bongbong dan Sara tidak retak.
Dulu Bongbong tidak mengizinkan Duterte ditangkap atas perintah ICC. Kini Bongbong berubah setelah pecah kongsi dengan Sara.
Sejumlah analis mengaitkan penangkapan Duterte dengan usaha Bongbong Marcos, putra mantan Presiden Ferdinand Marcos, dengan pemilu sela pada 12 Mei mendatang.
Spekulasi beredar, langkah ini diambil Bongbong untuk menurunkan jumlah suara dan kursi partai yang terkait dengan klan Duterte.
Namun para analis pada saat yang sama juga belum yakin apakah langkah ini akan berjalan sesuai rencana atau justru menaikkan popularitas Duterte—semacam backfire yang sama sekali tidak diantisipasi oleh Bongbong.
Duterte diterbangkan pukul 11.03 Selasa malam ke Den Haag dengan singgah di Dubai. Sekitar 10 menit kemudian Presiden Bongbong Marcos mengadakan konferensi pers di Istana Malacañang.
Dengan muka seolah tanpa dosa Bongbong mengatakan pemerintahannya hanya menjalankan hukum internasional dan harus tunduk pada perintah ICC.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur