Alih-alih membantu konsolidasi kekuasaan, mereka justru menciptakan friksi di dalam kabinet.
Istana kini tampak seperti kapal dengan dua nahkoda: satu di depan layar, satu lagi di bawah geladak.
Ijazah Palsu: Bola Salju yang Menerjang
Dan di luar Istana, isu ijazah palsu yang semula dianggap kampanye hitam kini menjelma jadi bom waktu.
Sejumlah LSM dan individu telah mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Mahkamah Agung, mempertanyakan keabsahan dokumen yang diajukan Prabowo saat mendaftar sebagai capres.
Aliansi masyarakat sipil bahkan telah merilis timeline ketidaksesuaian data pendidikan Prabowo yang beredar luas di media sosial.
Beberapa rektor dan pakar hukum tata negara mulai angkat suara. Mereka menyebut isu ini tak bisa lagi disapu ke bawah karpet.
Salah satu pengacara publik mengatakan, “Kalau kita mengabaikan isu integritas sejak awal, maka jangan heran bila krisis kepercayaan pada institusi akan makin besar. Ini bukan soal pribadi, tapi soal legitimasi.”
Mumet yang Struktural
Persoalan-persoalan yang menimpa Prabowo bukan sekadar soal teknis birokrasi. Ini adalah konsekuensi dari koalisi besar hasil kompromi politik yang terlalu mahal.
Di bawah nama “rekonsiliasi nasional”, Jokowi berhasil menempatkan loyalisnya di berbagai titik strategis. Namun hasilnya justru menciptakan dualisme kekuasaan.
Prabowo kini terjebak dalam struktur yang tidak sepenuhnya ia kendalikan. Ia Presiden, ya, tapi tak benar-benar punya kuasa mutlak.
Dalam banyak isu strategis seperti kelanjutan proyek IKN, pengelolaan energi, bahkan pemilihan jaksa agung dan kapolri, pengaruh Jokowi dan kroninya masih kentara.
Menuju Krisis Kepemimpinan?
Jika kondisi ini berlarut, bukan tak mungkin Prabowo hanya akan menjadi simbol kekuasaan belaka—semacam monarch without crown.
Semua keputusan strategis akan dikendalikan oleh elite-elite bayangan yang sudah menanam kaki terlalu dalam.
Di titik ini, publik pun bertanya: apakah Prabowo akan melawan dan merebut penuh otoritasnya, atau memilih diam dan menjadi presiden transisi yang membiarkan bayang-bayang masa lalu terus menari-nari di istana?
Dan mungkin, seperti yang dikatakan seorang pengamat politik di podcast mingguan: “Kalau Prabowo tak segera keluar dari jebakan ini, ia akan dikenal sebagai presiden yang paling cepat kehilangan momentum legitimasi.”
Sementara itu, di ruangannya yang sunyi di Istana, Prabowo mungkin sedang duduk memandangi lukisan Jenderal Besar Soedirman, sambil bergumam pelan: “Mumet tenan, Pak Dirman…”
***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur