Polemik Ijazah Bikin Resah, Prabowo: Mumet Tenan Mas Dirman!

- Kamis, 17 April 2025 | 12:20 WIB
Polemik Ijazah Bikin Resah, Prabowo: Mumet Tenan Mas Dirman!


Polemik Ijazah Bikin Resah, Prabowo: Mumet Tenan Mas Dirman!


Oleh: Ali Syarief

Akademisi


Enam bulan sudah Prabowo Subianto menjabat Presiden Republik Indonesia. Tapi suasana Istana tak sehangat bayangan para pendukungnya dulu. 


Bukannya angin sepoi-sepoi kekuasaan yang menyapa, justru badai yang tak kunjung reda. 


Di meja kerjanya, mungkin Prabowo sedang menyadari: kursi Presiden ternyata lebih panas daripada medan tempur.


Sejak dilantik pada Oktober 2024, Prabowo seperti mewarisi bom waktu. 


Pemerintahan sebelumnya, meski meninggalkan citra pembangunan fisik di sana-sini, juga mewariskan utang, beban fiskal, serta barisan menteri yang lebih loyal pada masa lalu ketimbang masa depan.


Kas Negara Kosong, Janji Jadi Dilema

Program andalan Prabowo–makan siang gratis–berubah menjadi perdebatan nasional. 


Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan, anggaran negara pada kuartal pertama 2025 mengalami tekanan berat, dengan defisit membengkak hingga 3,2 persen dari PDB, mendekati batas yang diatur dalam UU Keuangan Negara. 


Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dulu jadi andalan Jokowi, kini tampak berjalan di atas tali, mencoba meredam ambisi politik dengan realitas fiskal.


Kepada media, Prabowo sempat mengatakan akan mencari “sumber pembiayaan alternatif” dan “investasi strategis”, tapi sejauh ini belum ada rincian konkret. 


Di balik layar, beberapa kementerian justru memotong anggaran pendidikan dan kesehatan demi menopang program populis tersebut.


Satu pejabat eselon I di Kemenkeu yang enggan disebut namanya mengatakan, “Jujur saja, ini kebijakan politik, bukan kebijakan fiskal. Kita sedang membayar janji kampanye dengan masa depan anggaran negara.”


Menteri-menteri Mbalelo

Namun tak hanya soal anggaran yang bikin kepala negara pening. Di dalam Istana, beberapa menteri yang dititipkan Jokowi mulai menunjukkan sikap mbalelo. 


Ada yang terang-terangan menolak instruksi Presiden, ada pula yang absen dalam rapat penting, bahkan ada yang masih aktif dalam agenda politik pribadi sang mantan presiden.


Yang paling mencolok adalah Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang disebut-sebut masih rutin “berkonsultasi” ke Solo ketimbang ke Istana. 


Begitu pula beberapa menteri muda yang dalam bahasa seorang pengamat “masih menunggu komando dari pusat kekuasaan yang sebenarnya.”


Halaman:

Komentar

Terpopuler