Dalam tiga survei terakhir yang dilakukan SMRC, dukungan pada Prabowo dari massa pemilih Nasdem sempat cukup besar, yakni sebesar 57 persen pada Desember 2021. Namun, dalam lima bulan terakhir pada survei Mei 2022, mengalami penurunan signifikan menjadi 12 persen.
Sementara, pada periode yang sama, suara untuk Ganjar mengalami peningkatan dari 22 persen menjadi 41 persen. Demikian pula suara untuk Anies, dari 10 persen menjadi 31 persen.
Survei ini juga melihat kecenderungan partai-partai lain terhadap tiga nama tokoh terpopuler. Mayoritas massa pemilih PDIP (58 persen) akan memilih Ganjar, umumnya pemilih Partai Gerindra (62 persen) memilih Prabowo Subianto, dan sebagian besar pendukung Partai Keadilan Sejahtera (59 persen) akan memilih Anies.
Menurut Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta itu, dukungan mayoritas massa pemilih PDIP ke Ganjar dan massa Gerindra ke Prabowo wajar karena keduanya memang berasal dari partai-partai tersebut. Sedangkan, dukungan massa PKS ke Anies, walaupun bukan kader, mungkin karena kesamaan nilai.
Penjelasan lain adalah karena partai ini menjadi pengusung Anies dalam Pilkada DKI Jakarta. "Sudah punya record politik. Jadi wajar jika mayoritas pemilih PKS memilih Anies," tutur Saiful.
Survei tersebut dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) sebanyak 1.220 responden. Response rate atau responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1.060 atau 87 persen, yang kemudian dianalisis. Margin of error survei kurang lebih 3,07 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara