Khozinudin mengatakan, kambing hitam kenaikan BBM selalu harga minyak dunia, kenaikan subsidi yang berdampak pada beban bagi APBN. Subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun, dituding telah membebani APBN.
Padahal, beban APBN yang terbesar itu bukan pada subsidi, melainkan beban utang dan kewajiban untuk membayar utang baik cicilan maupun bunganya. Pokok utang juga terus meningkat.
Kementrian keuangan mengabarkan, utang Indonesia hingga akhir Juli 2022 membengkak dari bulan sebelumnya. Posisi utang hingga 31 Juli 2022 mencapai Rp 7.163,12 triliun atau setara 37,91 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, pemerintah mengalokasikan pembayaran bunga utang sebesar Rp405,9 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022. Alokasi tersebut terdiri dari pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp393,7 triliun dan luar negeri Rp12,2 triliun.
“Memang benar, angka cicilan utang Rp405,9 T masih lebih kecil dari subsidi Rp502 T. Namun, subsidi Rp502 T ini dirasakan oleh seluruh rakyat, sementara itu utang hanya membebani rakyat,” pungkas Khozinudin.
Sumber: suaranasional.com
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara