Hasto pun membeberkan sejumlah bukti intimidasi yang dialami para kader PDIP hingga kepala desa oleh oknum TNI dan Polri. Salah seorang kader yang mengalami intimidasi adalah mantan Gubernur Bali I Wayan Koster.
Menurutnya, Wayan Koster mendapat intimidasi ketika bergerak untuk memenangkan paslon nomor 03 Ganjar-Mahfud. Setelah diintimidasi, ujar Hasto, Koster tetap mengkampanyekan Ganjar-Mahfud, yang membuat aparat mencari kesalahan Koster dan melaporkannya (pengaduan masyarakat) ke Polri.
Berdasarkan pengaduan yang direkayasa itu, Kapolda Bali memanggilnya dua pekan sebelum pencoblosan. Selain Koster, kader lain yang diintimidasi adalah Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, sejumlah bupati, dan anggota DPR (inkumben).
“Di Nganjuk, Jawa Timur setiap anggota DPR inkumben yang memiliki basis massa kuat turun ke lapangan diawasi oleh tiga oknum TNI, tiga oknum Polri, dan seorang anggota Bawaslu. Ini bentuk intimidasi,” ungkap Hasto.
Hasto juga menyebut, ada kepala desa di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) ditekan oknum TNI dan Polri, dalam bentuk kekerasan verbal.
“Masih mau tidur sama istrinya? Kalau masih mau tidur sama istri jangan bantu paslon 01 atau 03 harus bantu 02,” pungkas Hasto, menirukan oknum kepala desa yang diintimidasi.
Sumber: jawapos
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara