"Kami harap studi kami bisa menginspirasi lebih banyak desain terpersonalisasi untuk notifikasi atau (menginspirasi) desain notifikasi yang lebih baik, yang bisa meningkatkan pengalaman pengguna dalam menggunakan ponsel," ungkap Liao.
Dua ahli yang tak terlibat dalam studi juga mengungkapkan pandangan serupa. Menurut para ahli ini, mengatasi ketergantungan pada ponsel dan menghadapi FOMO tak cukup dilakukan hanya dengan mensenyapkan ponsel.
Terapis sering kali menganjurkan orang-orang untuk mematikan ponsel mereka agar bisa "hadir" dan lebih terlibat dalam aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, asisten profesor klinis di bidang psikiatri dari NYU Langone Health, Thea Gallagher, mengatakan studi terbaru ini menyiratkan bahwa saran tersebut mungkin bukan yang terbaik.
"Data menunjukkan hal yang berbeda bila Anda memiliki FOMO. Anda akan secara kompulsif mengecek ponsel Anda lebih sering karena Anda berpikir Anda melewatkan notifikasi," ujar Gallagher.
Psikolog anak dan remaja dari Boston Medical Center, Lovern Moseley, mengungkapkan bahwa FOMO merupakan masalah yang lebih sering ditemukan pada pasien berusia muda. Akan tetapi, ada banyak orang yang sebenarnya memiliki masalah untuk bisa terlepas dari ketergantungan terhadap ponsel.
"(Ponsel) bisa membawa banyak manfaat dalam hal mendapatkan informasi lewat ujung jari, tetapi (ponsel) juga bisa menjadi kehancuran karena mengurangi interaksi sosial akibat kita secara terus-menerus menggunakan ponsel kita," jelas Moseley.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid