Tim Kerja Sama untuk Pencegahan Penyiksaan (KuPP) yang terdiri dari Komnas HAM, Ombudsman, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Komnas Disabilitas mendesak pemerintah secepatnya meratifikasi Optional Protocol Convention Against Torture (OPCAT) atau protokol opsional konvensi dunia melawan penyiksaan.
Wakil Ketua Komnas HAM Amiruddin Al Rahab menegaskan penyiksaan adalah perbuatan melawan hukum dan HAM. "Kami (KuPP) concern agar tidak terjadi lagi 20 tahun ke depan. Jangan 20 tahun ke depan kita masih ngomongin ini," kata Amiruddin dalam konferensi pers KuPP pada Jumat (24/6).
Amiruddin mendorong pemerintah agar meratifikasi OPCAT. Hal ini guna mendukung UU Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Kovensi Internasional Hak-Hak Sipil Dan Politik dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Sebab ia mengamati praktek penyiksaan kian kejam hingga sulit diterima akal sehat.
"Penyiksaan itu ada dan terjadi, bahkan bentuknya melampaui akal sehat. Salah satunya di Medan tahanan marturbasi sampai mati pakai balsem. Di Sumut, Bupati (Langkat) bikin kerangkeng sendiri bertahun-tahun, tunjukkan institusi negara tak bisa mencegahnya. Contoh-contoh ini ngeri," ujar Amiruddin.
Oleh karena itu, Amiruddin menegaskan pentingnya kepekaan soal masalah penyiksaan sekaligus menanggulanginya. Ia berharap besar bahwa ratifikasi OPCAT dapat mencegah kasus penyiksaan.
Artikel Terkait
Bongkar Korupsi Bobby Nasution: Mens Rea dan Modus Permainan Anggaran APBD Sumut
Bahlil Dilaporkan ke Mabes Polri! Kader Golkar Ungkap Akun Penyebar Fitnah
Bos Sawit Surya Darmadi Ungkap Penyebab Karyawan Kabur Saat Susah
KPK Diminta Usut Jokowi dan Luhut Soal Dugaan Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh