Legislatif dan Eksekutif Mulai Membuka Diri: Jalan Menuju 'Adili Jokowi & Makzulkan Gibran'!
Fenomena terbaru di ruang politik nasional memperlihatkan gejala yang menarik: baik lembaga legislatif maupun eksekutif mulai membuka diri terhadap aspirasi publik.
Pertemuan pemerintah dengan mahasiswa di Istana Negara, misalnya, adalah simbol bahwa suara kritis tak lagi sepenuhnya dipinggirkan.
Namun, jika dicermati lebih dalam, keterbukaan ini sesungguhnya bisa dibaca sebagai jalan menuju babak yang lebih fundamental: tuntutan “adili Jokowi” dan “makzulkan Gibran” yang kian terasa sebagai sebuah keniscayaan.
Membaca Sinyal Politik
Selama satu dekade kepemimpinan Jokowi, banyak catatan buram yang meninggalkan luka mendalam bagi demokrasi.
Mulai dari pelemahan lembaga antikorupsi, persekongkolan politik yang mematikan oposisi, hingga praktik nepotisme yang terang benderang dengan hadirnya Gibran Rakabuming sebagai wakil presiden.
Jika dulu kritik terhadap Jokowi ditutup rapat oleh sistem kekuasaan yang solid, kini benteng itu perlahan retak.
Legislatif yang biasanya tunduk pada arus dominan mulai berani menggelar wacana kritis.
Eksekutif pun, dengan membuka pintu dialog bagi mahasiswa, sebenarnya sedang mengakui adanya tekanan moral yang tak bisa lagi diabaikan.
Inilah sinyal awal: bahwa arah politik bangsa sedang bergeser.
Artikel Terkait
Polisi Gerebek Pesta Gay di Surabaya, Ini Kronologi Lengkap yang Berawal dari Laporan Warga
Bocoran Dokumen hingga Pengacara! 4 Kesamaan Mengejutkan Proses Perceraian Andre Taulany dan Baim Wong
Sengkarut Utang Whoosh: Alasan Jokowi Tegaskan KCJB Bukan untuk Cari Untung
Satu Kembali, Sisanya Hilang: Daftar Lengkap Perhiasan yang Dicuri dari Louvre Paris