Sosok Misterius Muncul di Boyolali Diduga Ingin Sabotase MBG, 189 Makanan Batal Dibagikan ke Siswa

- Senin, 29 September 2025 | 22:10 WIB
Sosok Misterius Muncul di Boyolali Diduga Ingin Sabotase MBG, 189 Makanan Batal Dibagikan ke Siswa


POLHUKAM.ID -
Sosok misterius diduga ingin melakukan sabotase 189 porsi Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah siap dibagikan kepada para siswa di SDN Siswodipuran, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Menurut Kepala Sekolah SDN Siswodipuran, Sri Sulasmi sosok misterius tersebut masuk ke ruangan SD.

Sosok tersebut bukan wali murid bukan pula petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). "Dia bukan wali murid dan bukan petugas SPPG," ujar Sri, Senin(29/9/2025).

Sri mengatakan orang asing mencurigakan tersebut gerak geriknya mencurigakan namun pelan sehingga tidak menarik perhatian orang banyak. Lebih janggal lagi, orang itu mendorong siswa kelas 1 untuk segera mengambil paket MBG. 

“Melipir begitu. Dia langsung tidak ada,” kata Sri Sulasmi.

Karena merasa ada yang tak beres, Sri Sulasmi segera menghubungi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Ternyata, pihak SPPG memastikan tidak ada petugas mereka yang dikirim ke sekolah itu pada hari tersebut.

Tak mau ambil risiko, SPPG akhirnya menarik kembali 189 porsi MBG yang sudah siap dibagikan. Keputusan ini diambil demi keamanan siswa. Kejadian ini menambah daftar persoalan yang membayangi program MBG, setelah sempat muncul isu keracunan hingga wacana dapur MBG wajib lapor ke puskesmas.

Diketahui, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan inisiatif nasional yang digagas Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi secara gratis bagi kelompok rentan, termasuk siswa sekolah, ibu hamil, balita, serta santri di pondok pesantren.

Dalam pelaksanaannya, MBG menggandeng dapur penyedia makanan bergizi yang disebut SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi).

Syarat menjadi mitra antara lain harus memiliki dapur mandiri, peralatan memasak, standar kebersihan dan sanitasi yang layak, serta dokumen legalitas usaha seperti NPWP dan izin operasional.

Sistem kemitraan ini menggunakan skema reimburse, di mana mitra menyiapkan makanan terlebih dahulu, kemudian diganti oleh pemerintah setiap pekan.

Hingga akhir September 2025 sudah ada 6.452 kasus keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) berdasarkan data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI). Sementara data versi pemerintah yang dihimpun Badan Gizi Nasional (BGN), Kemenkes dan BPOM mencatat jumlah total korban ada di kisaran 5.000 orang.

Data JPPI juga menunjukkan lima provinsi dengan jumlah keracunan MBG terbanyak, pertama Jawa Barat dengan 2.012 kasus, Yogyakarta 1.047 kasus, Jawa Tengah 722 kasus, Bengkulu 539 kasus dan Sulawesi Tengah 446 kasus. Kasus keracunan MBG sempat mengalami penurunan pada bulan Juni 2025. Penyebabnya karena sekolah-sekolah sedang sibuk penerimaan murid baru.

Banyaknya kasus keracunan MBG tersebut menuai banyak respons dari banyak tokoh, pejabat hingga Presiden Prabowo Subianto. Bahkan media asing ikut memberitakan kasus keracunan MBG tersebut.

Sejak program ini diluncurkan pada 6 Januari 2025 lalu atau 9 bulan berjalan ini, pemerintah melaporkan jumlah penerima manfaat terdampak insiden keamanan pangan.

Istana melalui Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qodari merinci kasus dan korban keracunan program MBG.

Ada data dari tiga lembaga sebagai berikut Badan Gizi Nasional (BGN), 46 kasus keracunan, dengan jumlah penderita 5.080, ini data per 17 September 2025. Kedua dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data per 16 September 2025.

Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025. Hasil kajian BPOM,  puncak kejadian keracunan terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat.

Baca juga:  Soal Keracunan Program MBG, Pemerintah Diminta Prioritaskan Keselamatan Rakyat 

Adapun penyebab utama keracunan tersebut diantaranya adalah higienitas makanan, suhu dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang, serta indikasi alergi pada penerima manfaat.

Sumber: tribunnews

Komentar