- Seorang koruptor juga melihat dunia dari posisinya. Kadang sikap korup itu muncul karena ‘toleransi’ yang dibikin-bikin. ‘Kalau bukan saya, orang lain yang akan ambil. Bahkan mungkin akan lebih parah dari saya. Kalau saya cuman ambil 500 milyar saja. Lumayan buat tabungan ibunya anak-anak dan nanti bekal kulian anak-anak’. Begitu seterusnya.
🔴Nah bagaimana dengan dunia dilihat dari mata seorang penjilat?
- Kebetulan kita mendapat sedikit perspektif dari kawan ini (Hasan Nasbi).
- Dalam pandangan dunianya, semua manusia adalah penjilat.
- Pada mulanya adalah jilatan dan jilatan menjelma menjadi manusia.
- Kompetensi untuk menjadi manusia paripurna untuk para penjilat adalah kalau yang dijilatnya menang.
Nah, bisalah kita bayangkan bagaimana kita harus memelihara lidah dan air liur ini untuk menjilat.
Slurrrrpppp … slurrrrppp … jilat hingga ke liang dubur terdalam. Yang dijilat pun merasa bersih, adem, tenterem, merem melek.
Itulah dunia dilihat dari pandangan seorang penjilat. Kita semua adalah penjilat. Yang kita jilat adalah penguasa — yang menang.
Moral para penjilat terletak pada: apakah yang dijilatnya menang atau kalah.
Kalau kalah, Anda tidak kompeten.
Tidak ada artinya jilatanmu bersih atau setengah bersih.
Yang penting yang dijilatnya itu menang atau kalah.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur