Utang Kereta Cepat Whoosh: Bom Waktu Keuangan yang Bukan Tanggungan APBN?
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh menghadapi tantangan keuangan serius. Utang proyek yang membengkak ke China dideskripsikan sebagai bom waktu yang berpotensi memicu masalah besar.
Pembengkakan Biaya dan Tambahan Utang
Kereta cepat yang beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) mencapai 1,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 19,54 triliun. Untuk menutupi sebagian biaya ini, proyek menambah pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai 230,99 juta dolar AS dan 1,54 miliar renminbi, dengan total sekitar Rp 6,98 triliun.
Penolakan Bantuan dari APBN
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dengan tegas menolak jika pembayaran utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurutnya, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berada di bawah naungan Danantara yang memiliki manajemen dan dividen sendiri.
Purbaya menegaskan bahwa Danantara mengantongi dividen sekitar Rp 80 triliun dalam setahun, sehingga seharusnya mampu mengatasi masalah ini tanpa pembiayaan dari pemerintah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, yang menegaskan bahwa utang ini bersifat business to business dan bukan utang pemerintah.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur