Peringatan itu, kata Ade, sudah sering ia dengar, akan tetapi kali ini tak boleh diremehkan karena yang ngomong adalah mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Kepala BIN.
"Peringatan semacam ini sebenarnya sudah sering saya dengar buat saya ini ancaman mengada-ada tapi yang bicara mantan Gubernur DKI dan mantan Kepala BIN serasa ini tidak bisa diabaikan apalagi dia bicara begini di acara halal bihalal Islamic Center," kata Ade Armando.
Ade menilai dasar argumen Sutiyoso salah kaprah, ia menggunakan data keliru misalnya soal pengalaman Singapura.
Singapura itu sejak kelahirannya adalah negara yang memang didominasi ras Cina Singapura sejak lama mayoritas penduduknya Cina. Dan Melayu selalu menjadi minoritas tapi mereka sangat kuatir dengan politik keseimbangan ras dan etnik karena itu ketika pertama berdiri tahun 1965 yang ditunjuk sebagai presiden adalah Yusuf Ishak yang adalah orang Melayu sementara yang menjadi perdana menteri adalah Lee Kuan Yeuw yang berasal dari etnis China.
"Jadi argumen Bang Yos tentang Singapura sebagai negara yang semula dulu dikuasai Melayu tapi kemudian kondisi menjadi berbalik dikuasai China sama sekali tidak bisa diterima. Saat ini komposisi demografis penduduk Singapura adalah 75 persen Cina dan 13 persen Melayu sembilan persen India dan 3 persen," terangnya.
Sebelumnya, Sutiyoso menyampaikan kekhawatirannya tentang membanjirnya TKA asal China di Indonesia. Ia khawatir jika ini dibiarkan terus menerus maka pribumi akan tersingkir.
Bang Yos mencontohkan Singapura yang menurutnya dulu Singapura dikuasai Melayu, mayoritas penduduknya Melayu, presiden pertama Singapura beretnis Melayu.
Tapi kini kondisi yang berubah Mayoritas penduduk Cina dan kepala pemerintahannya selalu Cina/
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Tarif Listrik Diduga Meroket Usai Diskon Listrik 50% Berakhir, DPR Cecar Dirut PLN: Jangan Bohongi Rakyat!
Menyoal Ijazah Jokowi dan Kepercayaan Publik: “Identik” Tak Menjawab Esensi Keaslian!
Jokowi Bakal Masuk Buku Sejarah, Kabid Advokasi Guru P2G: Nekat Amat Ya!
Nekat demi Konten, Seorang Turis Temui Suku Paling Mematikan di Papua hingga Bertaruh Nyawa