Pengamat Politik: Jokowi Tak Akan Tinggal Diam Biarkan Kaesang Kalah di Perebutan Kursi Ketum PSI

- Kamis, 17 Juli 2025 | 11:55 WIB
Pengamat Politik: Jokowi Tak Akan Tinggal Diam Biarkan Kaesang Kalah di Perebutan Kursi Ketum PSI



POLHUKAM.ID  - Pakar Komunikasi Politik Hendri Satrio, memprediksi Kaesang Pangarep akan memenangi kontestasi politik Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Diketahui Kongres Nasional PSI yang akan digelar pada 19-20 Juli 2025 di Kota Solo, Jawa Tengah, menjadi panggung bagi pertarungan sengit memperebutkan kursi Ketua Umum periode 2025-2030.

Terdapat 3 kandidat yang kini dalam proses bertarung, mereka yakni Kaesang Pangarep, petahana juga Putra Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang membawa nama besar dan visi "Partai Super Terbuka".

Kemudian ada Ronald A Sinaga alias Bro Ron, yang menorehkan kejutan dengan memimpin suara sementara di hari pertama pemungutan, yakni Sabtu (12/7/2025).

Dan kandidat terakhir Agus Mulyono Herlambang, mantan ketua umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) untuk periode 2017–2019.

Menurut Hendri Satrio, dari ketiga kandidat tersebut, Kaesang lah yang berpotensi besar memenangi pertarungan.

Hal itu juga dihubungkannya dengan adanya pengaruh Jokowi, sosok yang menjadi inspirasi partai yang kini berlogo gajah tersebut.

"Pak Jokowi tidak akan tinggal diam membiarkan Kaesang kalah di perebutan kursi PSI," ujar Hensat, saat menjadi narasumber di acara diskusi politik Overview Tribunnews, Rabu malam (16/7/2025).

"Jadi menurut saya hampir pasti Kaesang yang menang jadi Ketua Umum terpilih PSI," lanjut Hensat.

Menurutnya bila Kaesang kalah dalam pertarungan Ketum PSI, isu politik pasti akan berkembang.

Mulai dari bahwa kekuatan politik Jokowi melemah dengan kalahnya Kaesang, lantas karena isunya Jokowi melemah, maka tentunya dirinya tidak akan membiarkan Kaesang kalah.

Lalu lanjutnya, kalau Kaesang kalah juga, dan Bro Ron yang terpilih menjadi Ketum PSI, maka isu lain yang berkembang adalah, ada tugas apa untuk Bro Ron dari Jokowi hingga mungkin Prabowo Subianto.

"Jadi spekulasi-spekulasi itu justru berkembang bila nanti Kaesang ternyata kalah, walaupun sampai hari ini saya tidak percaya Kaesang akan kalah," kata Hensat.

"Tapi kalau kemudian Kaesang memang menang ya no issues," lanjutnya.


Hasil Sementara Pemilu Raya PSI
Diketahui pemilihan Ketum Baru PSI dilakukan lewat Pemilu Raya yang hasilnya akan dimasukkan dalam acara kongres pada 19-20 Juli 2025.

Sebelumnya, Furqan AMS, Juru Bicara PSI mengatakan per Rabu malam (16/7/2025), suara yang masuk sementara mencapai 57 persen.

"Di mana Bro Ron tampak unggul dari Kaesang," kata Furqan AMC, saat menjadi narasumber di acara diskusi politik Overview Tribunnews, Rabu malam (16/7/2025).

Furqan mengatakan suara yang masuk tersebut dari sekira 107.000 lebih dari daftar pemilih tetap (DPT).

107.000 dari total 187.000 DPT yang ada.

Peneliti BRIN Apresiasi PSI

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aisah Putri Budiatri menyebutkan sistem Pemilu Raya yang diterapkan PSI dalam pemilihan ketua umum patut menjadi contoh untuk partai politik lain di Indonesia.

Pasalnya, partai di Indonesia mayoritas menggunakan sistem tertutup dalam pemilihan ketua umum.

“Model ini menarik dan bisa menjadi contoh juga diterapkan oleh partai-partai lain, yang kecenderungan pemilihan partainya masih berbasis model lama yang tertutup dan elitis,” kata Aisah kepada wartawan, Rabu (16/7/2025), mengutip laman TribunJakarta.com.

Menurut Aisah,  sistem pemilu raya PSI sangat menarik dan ideal dalam menarik partisipasi kader dan pengurus partai secara luas.

“Sebagai gagasan, pemilu raya ini merupakan hal yang menarik dan cukup ideal. Karena pemilu raya menjadi sebuat model pemilihan ketua umum yang nampak terbuka dan dipilih langsung melalui evoting sehingga menarik partisipasi para pengurusnya secara luas,” ujar dia.

Namun, dia berharap agar sistem pemilu raya menjadi wadah yang ideal dalam menentukan ketua umum partai politik.

“Harapannya, pemilu raya tak sekedar menjadi model pemilihan yang seolah ideal, tetapi ternyata hasilnya masih lekat pada bayang-bayang karakter partai yg memilih ketuanya berbasis afiliasi politik saja, bukan kapasitas dan rekam jejak di internal partai,” katanya Aisah

Sumber: Tribunnews 

Komentar