POLHUKAM.ID - Pada siang hari ini, Senin (25/8/2025), sejumlah massa menggelar demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
Tidak hanya para mahasiswa dan aktivis, pelajar STM pun tampak ikut dalam aksi unjuk rasa ini.
Kehadiran mereka membuat suasana depan gedung dewan semakin penuh sorakan.
Anak-anak STM itu membawa poster bertuliskan โBubarkan DPRโ.
Ada juga yang mengibarkan bendera bergambar tengkorak hitam ala One Piece, sebagai simbol perlawanan terhadap wakil rakyat.
Sesungguhnya, wacana atau gagasan membubarkan parlemen bukanlah barang baru.
Bahkan, seruan agar DPR dibubarkan pernah disampaikan orang nomor satu di republik ini, yakni sosok presiden.
Ini terjadi tatkala KH Abdurrahman Wahid menjadi presiden RI sejak 20 Oktober 1999.
Sosok yang akrab disapa Gus Dur itu tak sampai tuntas menyelesaikan masa jabatannya.
Sebab, di tengah jalan kekuasaannya "digulingkan."
Belum genap dua tahun menjabat sebagai presiden RI, Gus Dur menggegerkan jagat perpolitikan nasional.
Ia mengambil langkah yang cukup kontroversial: mengeluarkan Dekret Presiden yang berisi antara lain pembubaran MPR/DPR RI.
Dekret, atau kerap pula disebut sebagai maklumat, itu diumumkan Gus Dur di Jakarta pada 23 Juli 2001 pukul 01.05 WIB. Ada tiga poin utama.
Pertama, pembubaran MPR RI dan DPR RI.
Kedua, mengembalikan kedaulatan langsung ke tangan rakyat dengan mempercepat pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu satu tahun.
Ketiga, membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan Gus Dur terhadap Sidang Istimewa (SI) MPR RI.
Namun, gebrakan politik tersebut tidak memperoleh dukungan.
Sebaliknya, langkah itu justru mempercepat kejatuhan Gus Dur dari kursi presiden.
Pada hari yang sama, MPR RI resmi menarik mandat kepresidenan yang sebelumnya diberikan kepada Gus Dur. Majelis kemudian menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden RI kelima, menggantikan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari itu.
Alhasil, suami Sinta Nuriyah tersebut hanya 20 bulan menduduki kursi kepala negara Indonesia.
Sebelum lengser, Gus Dur memang menghadapi tekanan politik yang sangat berat.
Ia diterpa sejumlah isu, termasuk tudingan penyalahgunaan dana Badan Urusan Logistik (Bulog) yang dikenal dengan sebutan Bulog Gate.
Situasi kian pelik ketika MPR menggelar Sidang Istimewa yang dipimpin Amien Rais dan menjatuhkan mosi tidak percaya terhadap dirinya.
Alih-alih tunduk, Gus Dur memilih melawan dengan dekret yang kemudian menjadi salah satu catatan paling dramatis dalam sejarah politik Indonesia sejak dimulainya Era Reformasi 1998.
Berbeda dengan masa kini, pemilihan presiden dan wakil presiden RI kala itu dilakukan dengan mekanisme pemilihan via wakil-wakil rakyat di MPR RI.
Dalam sidang paripurna MPR RI pada 20 Oktober 1999, Gus Dur yang dicalonkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan koalisi yang disebut Poros Tengah berhasil mengalahkan Megawati Soekarnoputri dengan 373 suara berbanding 313 suara.
Padahal, Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) yang dinakhodai sang putri Bung Karno itu telah memenangkan pemilu legislatif 1999.
Meski demikian, Gus Dur kemudian merangkul sang ketum PDI-P untuk menjadi pasangannya di kursi wakil presiden.
Pada 21 Oktober 1999, Megawati menang dalam pemilihan wakil presiden, mengalahkan Hamzah Haz dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Kombinasi kepemimpinan Gus DurโMegawati yang awalnya diharapkan menjadi simbol rekonsiliasi politik ternyata tidak berlangsung lama.
Perseteruan politik yang memuncak pada dekret pembubaran MPR/DPR RI menandai berakhirnya kepemimpinan Gus Dur.
Hingga kini, dekret itu masih dikenang sebagai salah satu episode paling dramatis dalam perjalanan demokrasi Indonesia.
Suatu episode ketika rakyat hampir saja menyaksikan bahwa DPR RI (bisa) dibubarkan.
๐๐
Tahun 2001, Gus Dur pernah menyiapkan dekrit presiden untuk membubarkan DPR dan MPR. Alasannya jelas: parlemen sudah jauh dari kedaulatan rakyat. pic.twitter.com/JgEl5NjbXB
โ Penerbit Gading (@Penerbit_Gading) August 23, 2025
Dulu Gus Dur ingin membubarkan DPR yang di sebut seperti taman kanak-kanak.
โ Gelandang Pengatur Skor (@Titipan_Mafia) August 21, 2025
Setelah di hujat, Gus Dur lalu berucap, Kelak Bangsa ini akan menemukan kebenarannya sendiri.
Dan kini ucapan beliau menjadi kenyataan. Tunjangan DPR RI melejit seperti rudal tak terkendali. pic.twitter.com/AhMt9pbXR0
"DPR kita isinya orang gak karu-karuan, sombongnya bukan main." demikian kata Gus Dur menyinggung perilaku DPR.
โ Dawuh Guru (@dawuhguru) August 22, 2025
โ Gus Dur pic.twitter.com/vxeiDLdHx2
Sumber: Republika
Artikel Terkait
Wamenaker Noel Jadi Tersangka, Pakar: Ini Akibat Kabinet Gemuk Hasil Pilih Orang Kayak Kacang Goreng!
Bahlil Dapat Gelar Kehormatan dari Presiden Prabowo, Apa Jasanya?
Rismon Sianipar Blak-Blakan Tantang Rektor UGM Soal Kasus Ijazah Jokowi
Ray Rangkuti Sindir Pansus Fufufafa, Isu Gibran Bisa Jadi Drama Politik Tak Berujung!