Jangan Bandingkan Erdogan Dengan Jokowi, Jauuh!

- Kamis, 14 Juli 2022 | 20:30 WIB
Jangan Bandingkan Erdogan Dengan Jokowi, Jauuh!

Polhukam.id - PRESIDEN Joko Widodo mengkritisi aksi Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan  yang membagi-bagikan minyak goreng dalam rangka untuk mengampanyekan anaknya Futri Zulya Savitri sebagai caleg di daerah pemilihan Lampung.

Presiden Jokowi mengingatkan kepada Zulhas dan menteri lainnya untuk fokus bekerja.

“Saya minta semua menteri fokus bekerja. Kalau Menteri Perdagangan, ya, urus yang paling penting seperti yang saya tugaskan kemarin, bagaimana menurunkan harga minyak goreng,” katanya seusai menyerahkan bantuan sosial di Pasar Sukamandi, Kabupaten Subang, Selasa (12/7/2022).

Presiden Jokowi berharap harga minyak goreng curah bisa berada di kisaran Rp 14 ribu atau di bawahnya.

“Tugas dari saya itu, jadi ke pasar-pasar mengecek, karena saya juga sama mengecek minyak goreng utamanya yang kami cek itu minyak curah, jangan sekali-kali lari ke minyak kemasan yang premium,” jelas presiden.

Wartawan senior FNN Hersubeno Arief bersama akademisi yang juga pengamat politik Rocky Gerung membahasnya dalam Kanal Rocky Gerung Official, Rabu (13/7/2022). Petikannya:

Ini yang ramai juga ini soal kemarin Pak Jokowi menegur Mendag Zulhas yang berkaitan dengan yang disebut kampanye untuk putrinya di Lampung. 

Itu rame di Twitter. Tapi sebelum itu saya mengajak Anda juga keluar negeri sebentar, tapi juga ada urusannya dengan dalam negeri.

Kemarin rame Pak Jokowi diwacanakan dapat Nobel Perdamaian karena ini berhasil mendamaikan Rusia dan Ukraina. Kan sampai sekarang serangan dari Rusia tambah gencar.

Dan kita tahu bahwa sebenarnya tujuannya itu soal gandum. Jadi kalau mau gandum sebetulnya tirulah cara Turki. Karena, sekarang dia sedang membuat sebuah forum untuk mempertemukan Rusia dan Ukraina membahas soal ekspor gandum.

Ya, jelas, profil Turki jauh di atas Indonesia. Kepemimpinan, ketegasan, dan terutama kekuatan militer Turki tetap dianggap punya kemampuan militer. Dan itu justru yang hendak dipamerkan.

Jadi kemampuan diplomasi dan kemampuan militer itulah yang jadi dasar kenapa seseorang menyediakan diri untuk jadi semacam negosiator. Nah, Pak Jokowi datang dengan dua hal mines: kemampuan militer kita nggak dianggap oleh Eropa dan Rusia; Profil diplomasi kita juga rendah sekali.

Jadi, Turki punya hak sebetulnya dan diharapkan oleh publik internasional untuk masuk di dalam negosiasi perdamaian. Tentu bisa dimulai dengan hal yang paling sederhana, problem di Eropa: pangan. Jadi diplomasi pangan dari Turki sekaligus memperlihatkan bahwa dia diterima sebagai tokoh.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan itu bisa diterima sebagai tokoh yang punya profile tinggi, tanpa perlu dielu-elukan semua orang paham. Jangan membandingkan Erdogan dengan Pak Jokowi. Ya agak jauh.

Walaupun nasionalisme kita menganggap ya Pak Jokowi, iya tapi ada fakta-fakta riil di dalam realitas politik global di mana Pak Jokowi nggak dianggap. Tapi, selalu kita bersedih karena faktor itu justru yang hendak di-push oleh buzer di dalam negeri supaya Pak Jokowi dianggap. Lainlah.

Ini kan di dalam negeri boleh saja nipu-nipu, tapi kalau di luar negeri nggak mungkin. Nanti buzer justru musti masuk dalam forum internasional buat naikin profil Pak Jokowi.

Halaman:

Komentar

Terpopuler