Jika kemenangannya disahkan, keluarga Marcos akan kembali berkuasa setelah 30 tahun lebih mereka terpaksa melarikan diri dari negara itu secara memalukan. Pada 1986, terjadi revolusi Kekuatan Rakyat yang menggulingkan rezim Marcos setelah 21 tahun berkuasa. Selama dua dekade kekuasaan tersebut, pemerintahan Marcos diwarnai pelanggaran HAM dan korupsi yang meluas.
Kemenangan Bongbong di Pemilu Filipina terbaru ini menuai sejumlah kontroversi. Pasalnya, beredar hoaks yang dituding disebarkan oleh tim sukses Marcos Jr selama masa kampanye Pilpres. Hoaks tersebut telah menyesatkan para pemilih dengan informasi salah, tetapi berhasil mendongkrak popularitas sang putra diktator tersebut.
Dilansir dari AFP, ini 5 hoaks di media sosial yang mendukung kemenangan Marcos Jr.
Dugaan upaya untuk membunuh Marcos Jr menggegerkan media sosial pada awal Februari, beberapa hari sebelum masa kampanye Pilpres dimulai. Isu ini bermula dari video yang diunggah di akun Facebook 'Anti bias' yang berulang kali menyerang saingan utama Marcos Jr, Leni Robredo, dan partai oposisinya. Ditonton lebih dari 3 juta kali, video itu menunjukkan laporan berita tentang lubang peluru di jendela kantor Marcos Jr.
Namun, pemeriksa fakta AFP mendapati kalau video tersebut sudah beredar lebih dari 6 tahun lamanya. Itu diambil dari laporan berita yang diterbitkan oleh GMA News di akun media sosialnya pada Agustus 2015 ketika Marcos Jr menjadi senator.
Saat masa kampanye, Marcos Jr menghindari sebagian besar wawancara media sekaligus pertanyaan wartawan di rapat umum. Namun, sejumlah unggahan di media sosial mengeklaim bahwa dialah yang diabaikan media.
Menurut video yang diunggah di YouTube pada 16 Maret menegaskan kalau kampanye terbuka Marcos Jr di provinsi utara Nueva Ecija tak diliput oleh media. Video ini ditonton lebih dari 23 ribu kali setelah diunggah oleh kanal YouTube 'Showbiz Fanaticz' yang punya riwayat menyebar hoaks terkait Pemilu.
Namun, kenyataannya berbeda. Media lokal ABS-CBN dan media berita lainnya, termasuk News5 dan OnePH, menyiarkan video kampanye terbuka itu.
Selain itu, ada video lain yang menunjukkan Marcos Jr berbicara pada 2014 tentang upaya pembangunan kembali setelah Topan Super Haiyan. Dibagikan 12 ribu kali dan ditonton 555 ribu kali, banyak warganet berkomentar kalau pidato tersebut tak disiarkan oleh media.
Namun, pemeriksa fakta AFP menemukan berbagai kantor berita telah menayangkan sebagian dari wawancara tersebut. Sementara itu, organisasi lainnya menerbitkan laporan berdasarkan pernyataannya.
Laman-laman pro-Marcos telah berusaha menggambarkan kediktatoran Ferdinand Marcos sebagai 'zaman keemasan' perdamaian dan kemakmuran, alih-alih rezim yang kejam dan korup yang memiskinkan negara itu.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid