Banyak pihak menilai tragedi tersebut bisa dicegah seandainya polisi tidak menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton.
Seperti narasi yang beredar, ditembakkannya gas air mata disebut-sebut jadi pemicu terjadinya kepanikan suporter di tribune karena mengalami sesak nafas.
Baca Juga: Kejutan, Sirkuit Mandalika Tak Lagi Helat MotoGP pada Maret di Musim 2023!
Suporter yang sesak nafas dan panik akhirnya saling berdesak-desakan untuk berebut keluar dari stadion.
Karena saling berebut untuk keluar pada saat yang bersamaan, banyak suporter yang tergencet dan terinjak-injak dan akhirnya tewas.
Jika melihat dinamika yang terjadi di media sosial pasca peristiwa maut tersebut, netizen terbelah jadi dua kelompok. Klaster pertama adalah yang menyalahkan polisi.
Adapun klaster kedua adalah yang cenderung menyalahkan suporter yang tidak menerima kekalahan tim kesayangannya.
Sebelum insiden maut di Kanjuruhan, Arema FC kalah 2-3 dari rival beratnya, Persebaya Surabaya.
Pasca pertandingan, massa suporter Arema masuk ke lapangan dan mendekati pemain dan ofisial tim.
Baca Juga: Wadaw, Biasanya Cuma Seksi Doang, di Postingan Ini Tante Sisca Benar-benar Nyaris Bugil Tanpa Sehelai Benang!
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid