Sementara secara sektoral, investasi di sektor ritel dan perkantoran tumbuh kuat sementara sektor logistik dan industri mengalami pertumbuhan moderat sebesar 3,5% secara tahunan.
"Investor terus mendiversifikasi penanaman modal mereka di wilayah Asia Pasifik. Kami optimis bahwa sektor real estate di kawasan ini akan mampu bertahan dari tekanan kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketidakpastian," ungkap Stuart Crow, CEO Capital Markets Asia Pasifik JLL, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (25/5).
Dia menambahkan, masih terdapat persaingan yang ketat untuk sejumlah aset. Hal ini membuat investasi berpeluang mencapai lebih dari US$200 miliar di wilayah Asia Pasifik selama 2022.
Berdasarkan tinjauan JLL, real estate komersial Singapura mencatat pertumbuhan investasi tertinggi di kuartal pertama dengan kenaikan sebesar 134% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$5,7 miliar. Capaian ini turut didorong oleh transaksi di sektor perkantoran dan ritel.
Di Korea Selatan, terjadi pertumbuhan kinerja yang baik di kuartal pertama dengan peningkatan investasi sebesar 89% yoy menjadi US$8,2 miliar, didukung oleh diversifikasi investasi pada sektor perkantoran, ritel dan logistik, serta industri.
Australia membukukan pertumbuhan investasi tahunan terbesar ketiga sebesar 49% seiring suntikan modal investor sebesar US$4,7 miliar ke pasar properti terutama pada sektor perkantoran.
Jepang tetap menjadi pasar investasi terbesar di kawasan Asia Pasifik dengan pangsa pasar sebesar US$8,5 miliar meskipun terjadi penurunan secara tahunan sebesar 26%. Sementara, China stagnan di kuartal pertama dengan total volume investasi senilai US$8,3 miliar.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid