Durov mengatakan, dalam situasi rumit seperti ini memerlukan pertimbangan menyeluruh untuk menunjukkan perbedaan antar platform sosial. Ia menjelaskan, di Telegram, pengguna hanya menerima konten langganan mereka secara spesifik. Oleh karena itu, kecil kemungkinan saluran Telegram dapat digunakan untuk memperkuat propaganda secara signifikan.
Sebaliknya, saluran tersebut berfungsi sebagai saluran untuk sumber informasi langsung bagi para peneliti, jurnalis, dan pemeriksa fakta.
"Meskipun mudah bagi kita untuk menghancurkan sumber informasi ini, hal itu berisiko memperburuk situasi yang sudah mengerikan," ujar Durov.
Pavel Durov lahir di Rusia pada 10 Oktober 1984. Dia adalah pria keturunan Prancis-Uni Emirat Arab. Dia mendirikan Telegram pada 2013 dan dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Uni Emirat Arab, menurut Forbes. Ayah Durov adalah seorang akademisi terkemuka di Departemen Filologi Universitas Saint Petersburg, Rusia. Durov memiliki darah Ukraina dari keluarga ibunya.
Telegram awalnya berkantor pusat di Berlin, Jerman dan kemudian dipindahkan ke Dubai, Uni Emirat Arab. Durov terdaftar di Daftar Miliarder Forbes pada 2022, dengan kekayaan bersih US$15,1 miliar. Kekayaannya sebagian besar didorong oleh kepemilikannya atas Telegram. Pada September 2022, Durov tercatat sebagai orang terkaya ke-104 di dunia.
Sumber: inilah
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid