Ketujuh korban yang akhirnya bergelar Pahlawan Revolusi tersebut dibuang ke dalam sebuah sumur pada 6 Oktober 1965.
Enam jenderal tersebut adalah Menteri Pertahanan Jenderal A.H. Nasution dan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani, staf umum Angkatan Darat, mulai Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Harjono, Mayor Jenderal R. Supriapto, Brigadir Jenderal Soetojo Siswomiardjo, dan Brigadir D.I. Panjaitan.
Sementara satu korban lainnya adalah Kapten Pierre Tendean, ajudan Jenderal AH Nasution yang lolos dari maut.
Meski berhasil melarikan diri dan tidak diculik, anak Jenderal Nasution, Ade Irma Suryani tewas tertembak.
Setelah jenazah tujuh korban ditemukan di sumur Lubang Buaya, pemerintah belum menentukan siapa dalang di balik peristiwa tersebut.
Namun, Seoharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) mengambil tongkat komando.
Ia pun menyimpulkan peristiwa berdarah itu didalangi PKI.
Operasi pun dilakukan, semua yang berafiliasi dengan PKI dihabisi. Soeharto dianggap dunia Barat sebagai pahlawan.
Sumber: kurusetra.republika.co.id
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak