VIRAL Bangunan Bentuk Toilet Rp112 Juta di Sawah Boyolali, Fakta Aslinya Bikin Publik Tercengang!

- Sabtu, 27 September 2025 | 15:05 WIB
VIRAL Bangunan Bentuk Toilet Rp112 Juta di Sawah Boyolali, Fakta Aslinya Bikin Publik Tercengang!




POLHUKAM.ID - Sebuah bangunan mungil di tengah sawah Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, mendadak jadi bahan perbincangan hangat di media sosial. 


Warganet menjulukinya “toilet Rp112 juta” setelah foto dan video proses pembangunannya tersebar luas. 


Namun, fakta di lapangan ternyata jauh berbeda dari dugaan netizen.


Bangunan berukuran 1,5 x 1,5 meter itu sejatinya bukan toilet, melainkan rumah pompa untuk sumur dalam yang menjadi bagian dari program irigasi perpompaan senilai Rp112,8 juta. 


Proyek ini dibiayai dari APBD 2024 dan dijalankan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali.


Sekretaris Dinas Pertanian Boyolali, Retno Nawangtari, menegaskan bahwa dana ratusan juta rupiah tersebut tidak hanya digunakan untuk bangunan kecil yang tampak di tepi sawah.


“Anggaran Rp112,8 juta digunakan untuk pengeboran dua sumur dalam, instalasi listrik, jaringan pipa, selang, hingga pembangunan rumah pompa. Jadi bukan hanya bangunan kecil itu,” jelas Retno  dalam siarannya, Kamis (25/9/2025).


Dua sumur yang dibangun masing-masing memiliki kedalaman 100 meter dan 80 meter. 


Air dari sumur dalam ini berfungsi sebagai penopang pasokan irigasi, terutama saat Waduk Cengklik menyusut di musim kemarau panjang.


Ketua kelompok tani penerima manfaat, Fajar Nugroho (45), menuturkan program ini sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan lokal.


“Dengan adanya sumur dalam, sawah bisa panen tiga kali setahun. Sebelumnya hanya dua kali. Satu sumur dalam bahkan mampu mengairi 10–15 hektare lahan,” tegasnya.


Ia juga meluruskan isu viral yang menyebut ratusan juta rupiah habis hanya untuk bangunan kecil. 


Menurutnya, sebagian besar anggaran justru dipakai untuk pengeboran sumur dalam, pipa distribusi sepanjang ratusan meter, serta jaringan listrik.


“Bangunan itu hanyalah rumah pompa untuk menyimpan peralatan dan panel listrik. Jadi jelas bukan toilet seperti yang ramai di medsos,” imbuh Fajar.


Retno menegaskan kembali, program pembangunan sumur dalam ini adalah strategi pemerintah daerah untuk menghadapi risiko kekeringan.


“Ini bukan proyek asal-asalan. Tujuannya jelas: memastikan sawah tetap mendapat air meski Waduk Cengklik berkurang, sehingga ketahanan pangan Boyolali tetap terjaga,” ujarnya.


Kendati sempat jadi bahan olok-olok di media sosial, kehadiran sumur dalam senilai Rp112 juta ini justru membawa harapan baru bagi petani Boyolali. 


Dari yang sebelumnya hanya bisa panen dua kali setahun, kini mereka berpeluang panen tiga kali sekaligus menjaga pasokan beras dari “lumbung pangan” Jawa Tengah. 


👇👇



Sumber: PorosJakarta

Komentar