“Dengan adanya sumur dalam, sawah bisa panen tiga kali setahun. Sebelumnya hanya dua kali. Satu sumur dalam bahkan mampu mengairi 10–15 hektare lahan,” tegasnya.
Ia juga meluruskan isu viral yang menyebut ratusan juta rupiah habis hanya untuk bangunan kecil.
Menurutnya, sebagian besar anggaran justru dipakai untuk pengeboran sumur dalam, pipa distribusi sepanjang ratusan meter, serta jaringan listrik.
“Bangunan itu hanyalah rumah pompa untuk menyimpan peralatan dan panel listrik. Jadi jelas bukan toilet seperti yang ramai di medsos,” imbuh Fajar.
Retno menegaskan kembali, program pembangunan sumur dalam ini adalah strategi pemerintah daerah untuk menghadapi risiko kekeringan.
“Ini bukan proyek asal-asalan. Tujuannya jelas: memastikan sawah tetap mendapat air meski Waduk Cengklik berkurang, sehingga ketahanan pangan Boyolali tetap terjaga,” ujarnya.
Kendati sempat jadi bahan olok-olok di media sosial, kehadiran sumur dalam senilai Rp112 juta ini justru membawa harapan baru bagi petani Boyolali.
Dari yang sebelumnya hanya bisa panen dua kali setahun, kini mereka berpeluang panen tiga kali sekaligus menjaga pasokan beras dari “lumbung pangan” Jawa Tengah.
👇👇
Sumber: PorosJakarta
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur