Prabowo Sebut Kasus Keracunan MBG 0,0017 Persen, Dokter Tan: Nyawa Manusia Jangan Dianggap Statistik

- Selasa, 30 September 2025 | 00:35 WIB
Prabowo Sebut Kasus Keracunan MBG 0,0017 Persen, Dokter Tan: Nyawa Manusia Jangan Dianggap Statistik


POLHUKAM.ID - 
Ahli gizi dr. Tan Shot Yen mengkritik pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak mencapai satu persen dari total makanan yang sudah dibagikan ke penerima manfaat.

Pernyataan Prabowo itu disampaikannya saat berpidato di Musyawarah Nasional (Munas) PKS VI di Jakarta, Senin (29/9/2025).

Persisnya, Prabowo menyebut kasus keracunan akibat MBG sebesar 0,0017 persen dari total penerima manfaat hingga saat ini yang disebutnya sudah mencapai 30 juta orang.

Jika dihitung secara kasar berdasarkan klaim Prabowo, total jumlah keracunan MBG sampai saat ini sebanyak 5.100 kasus.

Tentang pernyataan ini, Tan menilai Prabowo hanya menganggap korban yang menurutnya nyaris kehilangan nyawa akibat keracunan MBG sebagai statistik semata.

Dia mengatakan cara pandang Prabowo hanya bisa diterapkan ketika tidak menyangkut hajat hidup masyarakat.

"Kita harus bisa membedakan antara kasus keracunan yang menyangkut nyawa manusia dibandingkan dengan eror di quality control kalau di pabrik sepatu ya. Kalau di pabrik sepatu, eror berapa persen, ya udahlah."

"Tetapi ini ngomong nyawa manusia. Bisa dibayangkan kalau anak yang kita adalah kerabat kita atau anak kita sendiri. Jadi, nyawa manusia tidak bisa dihajar dengan hitung-hitungan statistik," katanya dalam program Sapa Indonesia Malam di YouTube Kompas TV, Senin sore.

Pada kesempatan yang sama, pendiri sekaligus CEO Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Diah Saminarsih, setuju dengan pernyataan Tan.

Dia meminta pemerintah tidak memandang jumlah nyawa penerima manfaat MBG yang keracunan hanya sekedar statistik semata.

Padahal, menurut temuannya, keracunan MBG hingga hari ini sudah mencapai 7.368 kasus.

Diah ingin agar pemerintah memandang bahwa satu kasus keracunan MBG yang terjadi adalah terlalu banyak.

"Satu per satu dari 7.368 itu nyawa seperti yang disampaikan oleh dr. Tan. Rasanya, tidak bisa direduksi menjadi hitungan angka yang merepresentasikan soal statistik."

"Karena dalam ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran itu sama, satu nyawa hilang atau ter-compromised itu sudah terlalu banyak," ujarnya.

Prabowo Sebut Kasus Keracunan Tak Sampai 1 Persen dari Total Penerima


Sebelumnya, Prabowo menyebut jumlah kasus keracunan MBG tidak sampai satu persen dari total 30 juta penerima manfaat.

"Tiga puluh juta anak dan ibu hamil tiap hari menerima makanan, bahwa ada kekurangan iya, ada keracunan makan iya. Kami hitung dari semua makanan yang keluar penyimpangan, kekurangan, atau kesalahan, itu adalah 0,0017 persen," ujar Prabowo saat berpidato dalam Munas VI PKS di Sultan Hotel and Residence, Jakarta Pusat, Senin.

Prabowo enggan menyebut jumlah kasus keracunan itu menjadi tanda bahwa program unggulannya itu telah gagal dilakukan.

Lantas Ketua Umum Partai Gerindra itu menceritakan kekaguman Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, tentang jumlah penerima MBG yang mencapai 30 juta orang hanya dalam waktu 11 bulan pemerintahannya.

Padahal, kata Prabowo, Brasil membutuhkan 11 tahun untuk bisa mencapai jumlah 47 juta penerima manfaat.

“Kita baru 11 bulan, sudah 30 juta. Presiden Brasil cerita ke saya, mereka butuh 11 tahun,” katanya.

Di sisi lain, untuk mencegah terjadinya insiden keracunan, seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus dilengkapi alat-alat cuci ultraviolet untuk membersihkan ompreng MBG.

Selain itu, kata dia, SPPG juga harus memiliki filter atau penyaring air mencegah masuknya zat-zat berbahaya ke makanan. 

Prabowo juga meminta agar test kit atau pengujian sebelum makanan dikirim ke penerima manfaat.

"Kemudian juga filter untuk air harus ada, kemudian test kit sebelum dikirim makanan harus ada. Ini segera kita benahi, semua dapur harus ada tukang masak terlatih," ucap Prabowo.

Sumber: tribunnews

Komentar