Tragedi Abad Ini: Negeri Dengan Jutaan Sarjana Hingga Profesor Diacak-Acak Keluarga Yang Pendidikannya Tidak Jelas!

- Jumat, 03 Oktober 2025 | 01:55 WIB
Tragedi Abad Ini: Negeri Dengan Jutaan Sarjana Hingga Profesor Diacak-Acak Keluarga Yang Pendidikannya Tidak Jelas!




POLHUKAM.ID - Isu dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan kejanggalan riwayat pendidikan Wakil Presiden Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka, terus bergulir kencang di berbagai media platform.


Pasalnya, semakin Jokowi dan Gibran menutup akses terhadap dokumen pendidikan mereka maka isu tersebut tidak akan pernah selesai.


Menjadi hal yang wajar bila Roy Suryo mendatangi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemen Dikdasmen) untuk meminta keterangan terkait dugaan ijazah palsu dari Gibran.


Polemik dugaan ijazah palsu dan latar belakang pendidikan hanya akan selesai bila Jokowi dan Gibran secara terbuka memperlihatkan ijazah mereka.


Prinsip akuntabilitas dan keterbukaan pejabat publik seharusnya dijadikan dasar agar masyarakat mendapat kepastian mengenai ijazah pemimpinnya.


Sah-sah saja kemudian ribut ketidakpuasan terhadap figur-figur kepemimpinan dengan latar belakang yang dianggap “kurang” justru mendominasi.


Hal ini memicu peristiwa viral di media sosial dengan frasa: “TRAG3DI ABAD INI DISEBUAH NEGERI DONGENG, DENGAN JUTAAN MASTER & PROFESSOR DIACAK-ACAK KELUARGA YANG PENDIDIKANNYA TIDAK JELAS”.


Frasa itu adalah respons atau sindiran untuk menggambarkan situasi di mana keahlian dan pendidikan tidak dihargai, dan kekuasaan jatuh ke tangan orang-orang yang tidak kompeten.


Postingan ini bersifat satir atau menyindir, merujuk pada isu atau skandal yang sedang hangat diperbincangkan sekarang ini.


Unggahan dari akun Mozaik Karim pun mendapat komentar dari warganet.


“Pokoknya ga usah kuliah, pesan saja ijazah S1 di Pasar Pramuka sampai S goger pun ada,” cuit Udin Albatawi.


Mijik Yun mengomentari, “Karena 10 tahun dipimpin pendidikan nggak jelas, banyak penipuan, pembohongan, dan didukung oleh ternak bazer penjilat. Karena sudah dikasih jabatan dan kursi empuk cuan lancar. Korupsi para ternak lancar.”


Komentar menohok dilontarkan Basuki Maryanti: “Karena pemerintah tidak butuh orang pintar dan jujur.”


Bahkan, aktivis senior Muhammad Said Didu pernah melontarkan kritik tajam Presiden ke-7 RI Jokowi soal polemik ijazah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dicurigai palsu.


“Sudah lebih 10 tahun Bangsa Indonesia diacak-acak oleh SATU KELUARGA dari Solo dengan modal BERBOHONG,” kata Said Didu dikutip dari akun media X pribadinya.


Unggahan mantan Sekretaris Kementerian BUMN ini ramai direspons warganet.


“10 th lbh rakyat susah krn tkg kayu ini. Subsidi2 yg bgt banyak buat rakyat, pada dicabutin. Harga2 kebutuhan yg trus2an naik alih2 mengendalikan mlh cuma dikasih dalih : efek global, el nino dst. Sementara brbg tarif/harga sprt listrik, BBM, Pajak naik terus,” kata @wansr***


“Bayangkan seandainya mereka keluarga pinokio mungkin hidung mereka sepanjang dari sabang sampai marauke …,” komentar @djum***.


Sementara itu, menurut pengamat masalah publik, Hinda Kartawidjaya, supaya konflik antara pendukung pro dan kontra Jokowi tidak berkepanjangan sebaiknya bukti-bukti ditunjukkan secara terbuka.


“Untuk menyelesaikan masalah ijazah Jokowi, mantan presiden ke 7 dan anaknya, Gibran selaku wapres sebaiknya Jokowi dan Gibran tidak bikin gaduh Republik Indonesia, saling serang antara pendukung Jokowi dan Gibran dengan yang tidak mendukung. Terbuka saja di depan anggota DPR sebagai wakil rakyat dengan menunjuk bukti-bukti ijazah asli yang dimiliki dan disaksikan oleh ahli pendidikan. Kalau memang asli, selesai masalahnya. Daripada ditutupin makin tidak karuan beritanya,” saran Hinda Kartawidjaya.


Sumber: ProgresifJaya

Komentar