POLHUKAM.ID - Haikal, bertahan hidup selama berhari-hari saat terjebak reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Santri kecil asal Probolinggo, jatim itu selama tiga hari terjebak di bawah timbunan bangunan yang ambruk, terhimpit oleh jasad dua sahabatnya.
Namun di tengah kegelapan dan sesak, Haikal justru memperlihatkan keteguhan iman yang sulit dipercaya, bahkan untuk orang dewasa sekalipun.
Kisah itu muncul dari cerita Haikal sendiri setelah berhasil dievakuasi tim penyelamat.
Tubuh mungilnya lemah, namun tutur katanya menyimpan kekuatan luar biasa.
Ia mengisahkan bagaimana dirinya dan beberapa temannya yang masih hidup di bawah reruntuhan berusaha tetap menegakkan salat berjamaah.
Malam itu, saat azan Isya seakan bergema hanya dalam ingatan mereka, Haikal membangunkan seorang temannya yang tergeletak di sampingnya.
“Ayo salat, ayo salat,” katanya sembari menepuk tubuh sahabatnya.
Sang teman masih sempat menjawab,
“Siapa yang jadi imam?”
Lalu tiba-tiba, ada yang memimpin bacaan salat, meski Haikal sendiri tak tahu siapa sosok yang mengimami di tengah kegelapan.
Namun, ketika waktu Subuh tiba, Haikal kembali mengajak sahabatnya bangun.
Ia menepuk bahunya lagi. Kali ini tak ada jawaban.
Saat itulah, Haikal sadar, sahabatnya telah pergi untuk selamanya.
Di tengah derita dan rasa haus yang membakar tenggorokan, Haikal melihat dua botol air berada tak jauh darinya.
Namun ia memilih menahan diri.
“Itu bukan hak saya,” katanya lirih kepada petugas setelah berhasil keluar dari reruntuhan.
Cerita tentang Haikal menyebar cepat di antara para relawan dan warga sekitar.
Banyak yang tertegun, menyebut bahwa pendidikan di pesantren ini telah berhasil menanamkan nilai ketaatan dan keikhlasan mendalam pada para santrinya.
“Haikal menunjukkan bahwa iman bisa menjadi penopang terbesar, bahkan dalam keadaan paling sulit sekalipun,” kata seorang relawan yang ikut mengevakuasi.
Penuturan Ibunda Haikal
Ibunda Haikal, Dwi Ajeng, tak kuasa menahan haru saat mengisahkan kembali cerita putra kesayangannya ini.
Menurutnya, Haikal sempat dilanda rasa haus yang teramat sangat saat berada di bawah puing bangunan.
Dalam kondisi lemah dan pasrah, tiba-tiba ia didatangi sosok anak kecil yang memberinya minum.
Namun, kehadiran itu hanya sesaat.
“Katanya anak saya haus sekali, terus ada anak kecil ngasih minum. Setelah itu dia tidur, dipanggil-panggil nggak ada (anak kecilnya). Itu yang bikin saya merinding,” tutur Dwi Ajeng dengan mata berkaca-kaca, Kamis (2/10/2025).
Haikal juga menceritakan detik-detik saat musala ambruk.
Ia hanya sempat mendengar suara gemuruh keras sebelum tubuhnya terjatuh dan tertimbun.
Meski merasakan sakit dan sesak, Haikal mengaku bisa tertidur nyenyak di bawah timbunan bangunan yang seharusnya membuatnya tak bisa bergerak.
“Katanya posisi tidur kakak itu enak, nyaman, kayak tidur biasa. Padahal kondisinya terjepit reruntuhan. Itu yang membuat saya yakin ada pertolongan Allah,” lanjut sang ibu dengan rasa syukur.
Kisah ajaib ini cepat menyebar di antara para relawan dan keluarga korban.
Banyak yang meyakini pengalaman Haikal merupakan bukti kuasa Tuhan di tengah bencana.
Keberadaannya kini menjadi pengingat bahwa harapan bisa tetap hidup bahkan dalam keadaan yang paling mustahil sekalipun
Sumber: Tribunnews
Artikel Terkait
Taqy Malik Diminta Kosongkan Lahan, Kini Ditantang Live Bareng Jelaskan Utang Rp 6,8 M
Bela Nadiem Makarim, Eks Pimpinan KPK hingga Mantan Jaksa Agung Ajukan Amicus Curiae, Begini Isinya!
Mau Lihat Pegawai Termalas Pemprov Jabar? Di Sini Kata Dedi Mulyadi
Malu-malu Umumkan Jokowi Jadi Bapak J, PSI Dicurigai Partai Tertutup: Aneh Bila Belum Dipublish