Problem global itu kini tengah melanda seluruh negara di dunia. Bahkan, di beberapa kawasan, saat sekarang merupakan fase transisi yang paling tak mengenakkan. Baru saja sektor ekonomi hendak pulih dari terpaan pandemi, muncul perang Rusia-Ukraina yang menyisakan persoalan krisis sumber energi, hingga mengacaukan rantai pasok global.
Di sisi lain, hampir seluruh pemangku kepentingan secara global juga hendak menuju cita-cita netral karbon yang diiringi kebijakan mengikis sumber energi fosil. Semua faktor itu tengah menghajar sendi perekonomian banyak negara, melambungkan harga-harga sekaligus memunculkan ancaman inflasi.
Indonesia pun bersiap menghadapi gelombang pasang harga komoditas, serta terganggunya pasokan material industri, serta terganggunya stok pangan. Di tengah situasi itu, setiap pengusaha apalagi sekelas pucuk pimpinan konglongmerasi seperti Lippo Group, dipaksa berpikir keras agar fondasi bisnis tidak goyah.
Bagi Direktur Eksektutif Lippo Group John Riady, yang juga menjabat sebagai CEO Lippo Karawaci dan Preskom Siloam Hospitals, situasi global yang seolah mencekam, bukanlah perkara besar manakala secara faktual Indonesia masih memiliki banyak keunggulan.
"Dan saya masih optimistis bahwa negeri ini akan terus melaju, akan terus memetik berbagai pertumbuhan," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (7/6/2022).
Bahkan, dalam acara tahunan World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, pesimisme terhadap perekonomian global juga mengemuka yang dilatari berbagai alasan. Namun, kata John, Indonesia memiliki prospek lebih cerah sebagai salah satu negara Asean yang merupakan kawasan dengan predikat ekonomi terbesar keempat di dunia.
"Kita memiliki tingkat pertumbuhan ketiga setelah China dan India. Selain itu, Indonesia juga memiliki demografi yang sangat muda, politik yang cukup stabil," simpulnya.
Dia menyinggung jika saat ini kawasan lain, seperti Amerika dan Eropa, tengah menghadapi situasi yang mengarah resesi, maka kawasan Asean khususnya Indonesia bahkan ada dalam trek pemulihan yang stabil. Hingga akhir tahun ini, tingkat inflasi nasional diperkirakan hanya berkisar 4 persen.
"Namun saya pikir pemerintah kita telah melakukan pekerjaan yang baik dalam mengantisipasi dan tetap berada di depan kurva. Dan dibandingkan dengan negara lain di Asean, misalnya, saya yakin bank sentral kami lebih agresif dalam menaikkan suku bunga," ungkap John.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur