Menurut Ujang, jika ketiga partai tersebut menjadi poros baru, bisa menjadi kekuatan politik tersendiri untuk bisa mengusung capres dan cawapres.
"Kalau kita lihat pidatonya Surya Paloh di Rakernas bahwa NasDem tidak mau mengekor kepada partai lain,” kata Ujang kepada GenPI.co, Senin (26/6).
Dosen Universitas Al-Azhar itu menilai sebaiknya NasDem, PKS, dan Demokrat menciptakan poros baru.
“Nasdem sudah mengusung tiga nama sebagai capres bukan cawapres,” ujarnya.
Jika peta politiknya seperti itu, kata Ujang, maka lebih baik Nasdem, PKS, dan Demokrat berkoalisi agar bisa mengusung Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Justru ini akan menjadi kuda hitam yang menarik,” katanya.
Kendati demikian, peta politik tersebut dinilai masih dinamis dan belum pasti.
“Walaupun kita lihat KIB sudah berkoalisi, tetapi mereka belum mengusung nama capres dan cawapresnya,” katanya.
Selain itu, Ujang juga menyoroti Gerindra dan PKB yang dinilai belum sah dalam berkoalisi.
“Lalu, misalkan Gerindra dengan PKB juga belum berkoalisi kalau ibarat akad nikah belum Ijab Kabul,” kata Ujang.
Oleh karena itu, Ujang berharap pada Pemilu 2024 tidak hanya ada dua poros.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Mutasi Anak Try Sutrisno Disorot Usai Isu Pemakzulan Gibran, Pengamat: Beraroma Politis yang Kuat
DPR RI Protes Rencana Dedi Mulyadi Sekolahkan Siswa Bermasalah ke Barak Militer
Desakan Pemakzulan Wapres Makin Nyaring, Aktivis 98: Kehadiran Gibran Sejarah Buruk bagi Orang Waras
Waketum Projo Kelabakan Ditanya Roy Suryo soal Ijazah Asli Jokowi