“Filosofi ini sejatinya membela rakyat kecil, artinya jangan main-main dengan rakyat kecil. Dalam konteks kekuasaan, lakon Petruk Dadi Ratu ini adalah sebuah carangan (cerita tambahan yang keluar dari pakem) dalam menghadapi persoalan-persoalan kekuasaan yang makin otoriter, tirani dan diktator,” jelas Sutoyo.
Kata Sutoyo, lakon Petruk jadi Raja itu sindiran terhadap kekuasaan tentang bagaimana jika rakyat kembali menarik mandat dari penguasa yang tidak amanah.
Untuk mendobrak kemandekan, mendobrak ketidak adilan dan kezaliman.
“Dalam konteks politik kiwari, misalnya, dominasi oligarki mesti didobrak oleh rakyat agar kekuasaan tidak disalah gunakan dan hanya sebagai budak oligarki. Rakyat harus dijaga dari cerita karangan oligarki jilid selanjutnya, pada saat ini, jangan sampai terlena, tertipu dan terjerembab pada lubang yang sama,” tegasnya.
Pemilu 2014 dan 2019 menyisakan tipuan oleh oligarki yang bengis.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman (saat itu) mengungkap jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 lalu, ada 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.
“Kalau pemilu / pilpres 2024 tetap dalam kendali oligarki, berapa lagi yang harus meninggal,” papar Sutoyo.
Saatnya rakyat menggugat, sebagai pemilik kedaulatan – turunkan setan gundul sebagai raja.
“Tata kembali negara ini sesuai amanah UUD 45 asli , agar negara bisa normal kembali – berburu waktu jangan sampai negara ini hancur gara gara raksasa oligarki,” pungkas Sutoyo.
Sumber: suaranasional.com
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara