"Jangan membawa dan menarik-narik urusan berbau politik ke tempat ibadah. Walaupun domainnya itu domainnya ibadah masing-masing," ungkap Sutiaji.
Sutiaji menilai bahwa tabloid itu dikhawatirkan memicu persoalan atau kekacauan di tengah umat. Sebab, tabloid itu disebarkan di masjid yang merupakan tempat ibadah.
"Nanti dapat menimbulkan kekacauan umat, pro dan kontra. Jangan sampai nilai-nilai baik yang ada di sana itu hilang," ujar Sutiaji.
Baca Juga: Nah Lho! Kejadian Tabloid Anies Baswedan Bukan Pertama Kalinya, Denny Siregar: Memang Memalukan, di Jakarta Dulu Begitu! Eh Sekarang...
Sementara itu, terkait Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 menjadi hal yang tak terlupakan bagi warga Jakarta. Hal tersebut lantaran banyak munculnya kasus penistaan agama.
Pilkada 2017 melahirkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam pasangan terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur yang ramai oleh isu-isu SARA dan sentimen identitas. Hal tersebut tidak hanya membawa ketegangan politik di Ibu Kota tapi juga merembet ke daerah lainnya.
Bahkan Pilkada di tahun 2017 tersebut berimbas pada nama baik DKI Jakarta mendapat predikat sebagai kota intoleransi. Padahal, tercatat dalam penelitian tahun 2015, DKI Jakarta mendapat peringkat 65 dari 94 kota toleran.
Berita tahun 2017 lalu saat seorang Calon Gubernur menggunakan Rumah Ibadah sebagai cara Politisasi Agama dan Bapak Politik Identitas Terbaik yang pernah ada.Di tahun 2022 cara ini mulai diulang utk Pilpres dan diawali dari Malang.Masih percaya Firaun?https://t.co/yyxRtVLQdH
Sumber: NewsWorthy
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid