Tekanan utama kinerja SCMA disebabkan oleh membengkaknya biaya operasi lainnya yang membengkak 1.260,88% secara tahunan dari Rp 3,80 miliar per 31 Maret 2022 menjadi Rp 51,77 di Maret 2023.
"Dampak ASO melanjutkan dan ekspektasinya akan memberi tekanan terus terhadap kinerja," kata dia kepada Kontan.co.id, kemarin.
Baca Juga: Terpapar Efek Kebijakan ASO, Laba Media Nusantara Citra (MNCN) Tahun 2022 Loyo
Senada, Equity Research Analyst Farras Farhan menilai segmen free-to-air (FTA) mungkin menurun lebih jauh di tengah lemahnya situasi makro dan efek ASO. "Sebagian besar perusahaan media akan mendapat tekanan karena lemahnya situasi makro dan peralihan ke media digital," ujar Farras.
Namun Arjun menilai masih ada potensi perbaikan kinerja para emiten media menjelang musim kampanye. SCMA dan MNCN dinilai berpotensi mencatatkan kenaikan iklan.
"Kampanye pemilu adalah penopang untuk emiten tersebut di mana ada potensi kenaikan permintaan iklan dan ini bisa translasi ke kenaikan pendapatan," kata Arjun.
Adapun Arjun merekomendasikan beli MNCN dengan target harga di Rp 650 per saham. Sedangkan, Samuel Sekuritas merekomendasikan sell SCMA dengan target Rp 130.
Hingga akhir perdagangan Jumat (19/5), harga saham MNCN ditutup melesat 8,40% ke posisi Rp 645. Sementara, SCMA berhasil ditutup menguat 1,44% ke level Rp 141 per saham.
Sumber: investasi.kontan.co.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid