"Itu sebabnya kita bisa berkumpul di sini. Karena ada persatuan, anak kita bisa sekolah. Karena persatuan, kita bisa bekerja, bertani, berdagang, mengaji dan lain-lain," ujar Muzani.
Ia mencontohkan negara-negara yang tidak mampu menjaga persatuannya yang kemudian tidak bisa membangun peradabannya dengan baik.
Seperti Sudan yang saat ini terus terjadi perang saudara yang sudah menelan korban ribuan rakyatnya meninggal dunia karena perang tersebut.
"Sekarang di Sudan semua aktivitas ditutup karena ada peperangan di sana. Warga negara asing termasuk seluruh WNI saat ini dievakuasi karena suasananya sangat kacau dan tidak aman," jelas Sekjen Gerindra itu.
"Itulah mengapa kita sebagai warga Indonesia sangat bersyukur bahwa persatuan, persaudaraan, dan kebersamaan di negara kita bisa terjaga dengan baik," imbuhnya.
Muzani menyadari, terkadang elite-elite politik mudah sekali bersatu kembali. Namun di level masyarakat terkadang untuk kembali bersatu akibat perbedaan pilihan politik membutuhkan waktu.
Oleh sebab itu, ia mengingatkan kembali agar perbedaan politik tidak menjadi sumbu-sumbu perpecahan di tengah masyarakat.
"Pak Prabowo dan Pak Jokowi telah memberi contoh tentang pentingnya mengutamakan persatuan demi keutuhan bangsa dan negara. Yang penting jangan golput. Karena golput itu menunjukkan kita tidak memiliki keberpihakan atas hak kita sendiri. Begitupun partai politik. Pilihan boleh berbeda tapi persatuan dan persaudaraan harus tetap kita jaga," tutur Muzani.
"Itu pesan saya. Jadi jangan ada kisruh atau gontok-gontokan. Karena itu akan berakibat buruk pada masa yang akan datang. Para ulama dan kyai sudah susah payah menjaga persatuan ini," katanya.(*)
Sumber: makassar.tribunnews.com
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid