Profesor Achmad Mochtar, Ilmuwan Terbaik RI Tewas Dipenggal di Ancol Gegara Permalukan Peneliti Jepang

- Kamis, 21 Agustus 2025 | 00:45 WIB
Profesor Achmad Mochtar, Ilmuwan Terbaik RI Tewas Dipenggal di Ancol Gegara Permalukan Peneliti Jepang

POLHUKAM.ID - Indonesia tak pernah kehabisan orang-orang hebat. 


Dari masa perjuangan hingga kini, selalu ada putra bangsa yang lahir dengan kecerdasan dan keberanian di atas rata-rata.


Salah satunya adalah Profesor Achmad Mochtar, ilmuwan medis brilian yang namanya sempat menggemparkan dunia sains internasional. 


Namun, alih-alih dikenang sebagai pahlawan ilmu pengetahuan, hidup Mochtar berakhir tragis di tangan penjajah Jepang.


Kisah itu bermula pada Sabtu, 7 Oktober 1944. 


Di bawah terik matahari Jakarta, langkah Mochtar tergopoh-gopoh ketika dijemput polisi militer Jepang dari rumah pribadinya. 


Hari itu, dia dipanggil usai terjadi kematian ratusan romusha gara-gara suntikan vaksin.


Jepang menuding vaksin dari Eijkman Instituut yang dipimpinnya sebagai penyebab, meski tak ada bukti langsung atas tuduhan itu. 


Mochtar lalu ditempatkan di penjara Kempetai, bekas sekolah tinggi hukum Batavia yang kini menjadi kantor Kementerian Pertahanan.


Di sana, dia diinterogasi dan disiksa berkali-kali bersama para ilmuwan Indonesia lain yang turut ditahan Jepang. 


Saking parahnya, raungan kesakitan terdengar hingga ke gedung-gedung sekitar. 


Nasib Mochtar berakhir di Ancol pada 3 Juli 1945 saat dipenggal dan tubuhnya terpisah dari kepala. Sementara itu, rekan-rekan ilmuwan lain dibebaskan. 


Beberapa tahun setelah tragedi itu, barulah terungkap, Achmad Mochtar dan Eijkman Instituut sama sekali tidak terbukti terlibat dalam kematian romusha.


Menurut penelusuran Sangkot Marzuki dan Kevin Baird dalam Eksperimen Keji Kedokteran Penjajahan Jepang (2020), Negeri Matahari Terbit hanya menjadikan Mochtar sebagai kambing hitam atas kesalahan ilmuwan Jepang yang melakukan eksperimen vaksin tetanus terhadap romusha.


Kendati demikian, kematian Mochtar juga dianggap sebagai penuntasan dendam lama karena dia pernah membantah penelitian ilmuwan Jepang Noguchi Hideyo.

Halaman:

Komentar

Terpopuler