Menuju MBG yang Memberdayakan
Pertanyaan mendasar seharusnya bukan hanya "apakah anak-anak makan bergizi?" tetapi juga "siapa yang menanam, mengolah, dan menentukan arah produksi pangan itu?"
Kebijakan sosial yang benar-benar berpihak harus membangun kedaulatan ekonomi dan kesadaran kritis, bukan hanya memenuhi perut. Bayangkan jika MBG melibatkan koperasi petani, UMKM, atau dikelola komunitas sekitar sekolah. Program ini bisa menjadi ruang belajar tentang asal-usul pangan, ekologi, dan solidaritas.
Negara yang Mengundang, Bukan Memanjakan
Negara perlu hadir, tetapi bukan dengan cara memberi dari atas. Negara yang partisipatif adalah negara yang mengundang rakyat ke meja perundingan, ruang produksi, dan proses evaluasi. Ketika rakyat hanya diberi makan tanpa dilibatkan dalam menanam, kebijakan sosial berisiko menjadi instrumen kuasa yang halus.
Perdebatan tentang MBG pada akhirnya bukan hanya soal gizi, tetapi tentang martabat. Kesejahteraan sejati terwujud bukan ketika perut rakyat kenyang, tetapi ketika rakyat menjadi subjek penuh dari kehidupan sosial dan ekonomi mereka sendiri.
Sumber artikel asli: RMOL
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur