Akibat pemikiran dan keberaniannya ia harus berhadapan dengan kaum Islam radikal Mesir. Fouda menilai umat Islam tak bisa begitu saja mengikuti ulama sebelumnya, karena agama harus dihidupkan kembali sesuai perkembangan zaman, tunduk pada doktrin lama justru akan mengantarkan kehancuran Islam
Fouda dianggap pemikir liberal, ia selalu menyuarakan kebebasan berpikir dan berekspresi, ia sangat percaya ijtihad, yakni pengunaan akal sehat dalam beragama, ia menolak penerapan Syariat Islam secara formal, ia juga menolak Khilafah, ia mengecam tumbuhnya kelompok-kelompok radikal," tandasnya.
Ia percaya pemisahan agama dan negara, keberanian Fouda dalam melontarkan kritik dan mengungkap sisi kelam dunia politik Islam harus dibayar mahal. Ia dianggap murtad oleh ulama-ulama radikal, Fouda dianggap melecehkan dan organisasi radikal mesir Jamaah Islamiyah menyatakan murtad karena menolak penerapan Syariat Islam. Dan puncaknya pada 8 Juni 1992 Fouda tewas ditembak mati oleh simpatisan JI," tandasnya.
Ade kemudian menjelaskan bahwa cerita tentang Fouda bukan bermaksud menyamakan dirinya dengan sosok intelektual Mesir tersebut.
"Saya bercerita ini bukan untuk membandingkan Fouda dengan saya, dalam hal pengetahuan dan keberanian, saya sangat jauh dengannya. Saya hanya ingin memperjuangkan kebebasan dan keterbukaan dalam beragama memang mengundang banyak resiko, tapi gak boleh mundur," pungkasnya.
Sumber: bali.jpnn.com
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur