Bukan Cuma Jokowi, Ini 5 Pemimpin Dunia Yang Pernah Terseret Kasus Ijazah Palsu!

POLHUKAM.ID - Masuk ke ranah hukum, dugaan ijazah palsu Jokowi masih menjadi topik panas yang dibicarakan di Tanah Air. 

Tidak hanya terjadi di Indonesia, sejarah mencatat setidaknya ada 5 pemimpin dunia yang pernah terseret kasus ijazah palsu.

Bukan isu semata, baru-baru ini, desakan dari publik membuat kasus ijazah palsu Jokowi akhirnya masuk ke meja hijau.

Sebelumnya, publik mempertanyakan fotokopi ijazah Jokowi yang beredar. 

Hal ini menimbulkan munculnya isu ijazah palsu yang dikaitkan dengan mantan Presiden Indonesia tersebut.

Tidak hanya terjadi di Indonesia, kasus ijazah palsu atau dugaan pemalsuan dokumen pendidikan para pemimpin ini seringkali menimbulkan gejolak dan pertanyaan besar di tengah masyarakat.

Kasus serupa sebelumnya pernah terjadi di beberapa negara lainnya dan menyeret nama tokoh-tokoh pemimpin dunia. 

Dirangkum oleh kami, berikut 5 pemimpin dunia yang pernah terseret kasus ijazah palsu.

1. Bola Tinubu, Presiden Nigeria

Di tahun 2023 lalu, Presiden Nigeria, Bola Tinubu terseret kasus dugaan ijazah palsu dari Universitas Chicago. 

Tuduhan ini muncul dari lawan politiknya, Atiku Abubakar yang mempertanyakan keaslian dokumen pendidikan tersebut.

Setelah penyelidikan dilakukan, Universitas Chicago justru mengaku tidak memiliki data yang menjadi bukti kelulusan Bola Tinubu dari instasi tersebut.

Sudah memberi bantahan terkait tudingan tersebut, kasus ijazah palsu yang menyeret nama Bola Tinubu hingga kini masih dalam tinjauan di Mahkamah Agung Nigeria.

2. Ali Kordan, Mantan Menteri Dalam Negeri Iran

Kasus ijazah palsu juga menyeret nama mantan Menteri Dalam Negeri Iran, Ali Kordan di tahun 2008 lalu. 

Gelar doktor kehormatan yang ia dapatkan dari Universitas Oxford justru dipertanyakan.

Hal ini semakin memanas usai Universitas Oxford mengaku tidak pernah memberi gelar dokter kehormatan kepada Ali Kordan.

Setelah penyelidikan dilakukan, Ali Kordan mengaku sebagai korban penipuan dari oknum yang mengatasnamakan pihak Oxford.