Ini akan menjadi pembuktian paling kuat bahwa ia layak menduduki jabatannya, jauh lebih efektif daripada upaya membangun citra yang selama ini dilakukan.
Di sisi lain, pengamat komunikasi politik Hendri Satrio menyoroti bahwa Gibran juga perlu membuktikan kualitasnya di luar jalur hukum.
Upaya Gibran memperbaiki citra lewat monolog atau kegiatan populis seperti bermain bola dinilai belum efektif.
Bahkan, beberapa di antaranya justru menimbulkan polemik baru.
Hendri menyarankan agar Gibran fokus pada peningkatan kapasitas intelektual yang bisa dilihat publik secara nyata.
"Gibran bisa saja ambil S2 di UI kelas malam untuk membuktikan kualitasnya, terlepas dari syarat formal," tutur Hendri.
Saran ini menggarisbawahi persepsi bahwa Gibran tidak hanya perlu lolos dari jerat hukum, tetapi juga harus mampu meyakinkan publik akan kapabilitasnya sebagai seorang pemimpin.
Wacana pemakzulan ini sendiri bergulir dari kegelisahan para akademisi dan masyarakat sipil yang melihat adanya kejanggalan dalam proses pendaftaran perkara di MK yang berujung pada mulusnya langkah Gibran.
Dengan demikian, menurut Feri Amsari, bola kini ada di tangan Gibran.
Apakah ia akan terus menghindar dari polemik atau justru berani menghadapinya di forum impeachment sebagai panggung pembuktian legalitas dan kualitas dirinya di hadapan seluruh rakyat Indonesia.
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara