POLHUKAM.ID - Pertemuan antara mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan ulama senior Ustaz Abu Bakar Ba'asyir baru-baru ini tak hanya menjadi perbincangan hangat, tetapi juga memicu analisis tajam mengenai motif tersembunyi di baliknya.
Pengamat politik Rocky Gerung secara gamblang menyebut langkah ini memiliki "kemenduaan" makna yang harus dibaca dengan cermat, antara dialog demokrasi atau sekadar manuver pencitraan strategis.
Rocky menyoroti adanya kemungkinan bahwa pertemuan ini bukanlah sekadar silaturahmi biasa.
Ia mengendus adanya agenda yang lebih dalam, di mana Jokowi diduga sedang berupaya mengamankan posisinya dengan mendekati figur-figur berpengaruh di luar lingkaran politik formal.
“Apakah itu pertemuan yang sifatnya percakapan demokratis atau itu sekadar ya pencitraan bahwa Pak Jokowi memerlukan rekonsiliasi, atau lebih dari itu,” ujar Rocky, menggarisbawahi adanya motif strategis di balik pertemuan tersebut dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Lebih jauh, Rocky membedah kemungkinan terkuat di balik manuver ini.
Menurutnya, jika pertemuan ini dimaknai sebagai pencitraan, maka ada kepentingan besar dari pihak Jokowi untuk mencari sebuah "payung kultural" atau perlindungan dari kekuatan Islam yang memiliki basis massa kuat dan loyal.
“Mungkin ada semacam, ya kita boleh duga, keinginan atau kepentingan Pak Jokowi untuk memperoleh semacam payung kultural, artinya payung kultural dari kekuatan politik muslim,” ujar Rocky.
Konsep "payung kultural" ini menjadi kunci analisis Rocky.
Ia membedakannya secara tegas dengan "payung politik" yang biasa diberikan oleh partai-partai Islam formal.
Menurutnya, Abu Bakar Ba'asyir bukanlah representasi partai, melainkan seorang tokoh kultur politik muslim yang pengaruhnya mengakar kuat di level masyarakat, sebuah kekuatan yang tidak bisa diabaikan.
“Abu Bakar Ba'asyir ada di situ sebagai tokoh Islam, tokoh kultur politik yang muslim, bukan politik muslim,” jelasnya, Kamis (2/10/2025).
Dugaan bahwa pertemuan ini adalah upaya mencari perlindungan semakin kuat jika menilik rekam jejak hubungan antara pemerintahan Jokowi dan kelompok politik Islam.
Rocky mengingatkan publik bahwa di masa lalu, terjadi ketegangan hebat yang bahkan berujung pada pemenjaraan Abu Bakar Ba'asyir.
Langkah Jokowi menemuinya kini bisa dibaca sebagai upaya rekonsiliasi yang sarat kepentingan.
“Apakah itu simbol rekonsiliasi? karena ada ketegangan politik era Presiden Jokowi dengan politik Islam pada waktu itu yang menyebabkan Pak Abu Bakar Ba’asyir dipenjara,” ungkap Rocky.
Pertemuan ini, dalam kacamata Rocky, bisa menjadi cara Jokowi untuk mengirimkan sinyal bahwa ia mampu merangkul semua kalangan, termasuk figur yang pernah menjadi oposisi keras pemerintahannya, demi sebuah tujuan politik yang lebih besar.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Ray Rangkuti: Reformasi Polri Harus Dimulai dari Copot Listyo Sigit
PSI Dikritik Habis! Sembunyikan Jokowi, Malah Tampilkan Kaesang Yang Tak Layak Jual
Saat Bahlil “Sentil” Menkeu Soal LPG 3 Kg: Data yang Dibaca Keliru!
Kasihan Jokowi Tiap Hari Dihujat, Relawan Perempuan Ultimatum Mabes Polri: Selesaikan Perkara Ini, Atau Kami Demo Pakai BH & Celana Dalam!