KPP mengalami tren penurunan elektabilitas. Nasdem, Demokrat dan PKS butuh sosok cawapres yang bisa diterima secara internal dan mampu memperkuat elektabilitas Anies. Belakangan, Demokrat membuka komunikasi dengan PDIP.
Manuver PDIP membuka komunikasi dengan partai-partai di luar kerja sama pengusung Ganjar Pranowo turut menentukan. PDIP aktif berkomunikasi dengan PKB bahkan Demokrat. Kalau Golkar, PAN dan PKB pada akhirnya bergabung praktis dengan poros PDIP praktis menyisakan Prabowo menjadi salah satu kandidat terkuat. Sedangkan Anies, potensi ditinggal anggota KPP melihat rendahnya tren elektabilitas.
"Selain PDIP, partai-partai yang lain tidak cukup untuk maju sendiri, mengharuskan untuk koalisi. Sedangkan parpol-parpol menginginkan agar ketuanya sebagai cawapres, sementara elektabilitasnya relatif kecil. Atas dasar itu, capres yang ada ingin agar cawapresnya yang memiliki elektabilitas, yang bukan dari para ketum partai," kata Lili.
Dia menyayangkan apabila pilpres kembali diikuti dua pasangan calon saja. Sebab, dengan kondisi sekarang ini seharusnya parpol percaya diri mengusung ketum menjadi pasangan capres-cawapres hingga menghadirkan tiga atau empat kontestan.
"Sesungguhnya, mestinya, bisa tiga atau empat pasangan. Golkar dengan PAN, PKB dengan Gerindra, Nasdem dengan PKS dan Partai Demokrat, serta PDIP dengan PPP," ujarnya.
Sumber: akurat
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara