-Fase Destabilisasi
Penciptaan narasi publik tentang kegagalan pemerintahan Prabowo, baik dari sisi ekonomi, kebijakan luar negeri, maupun isu sosial. Narasi ini disalurkan melalui media, buzzer, hingga operasi psywar di media sosial. Tujuannya melemahkan legitimasi Presiden di mata rakyat.
-Fase Aksi Politik
Ketika legitimasi publik runtuh dan tekanan politik meningkat, maka jalur konstitusional dapat digunakan: mulai dari hak interpelasi DPR, pansus, hingga wacana pemakzulan. Semua itu akan terlihat seolah-olah prosedural, padahal sudah diskenariokan sejak awal.
Dari perspektif geopolitik kekuasaan, Gibran Rakabuming bukan hanya Wakil Presiden. Ia adalah cadangan strategis yang diproyeksikan untuk menggantikan Prabowo jika operasi ini berhasil.
Dengan usia muda, popularitas warisan dari Jokowi, serta kontrol jaringan lama, Gibran adalah aset politik yang siap dipoles menjadi pemimpin nasional.
Inilah mengapa analisa Gatot Nurmantyo layak diperhatikan. Pemakzulan Prabowo tidak akan melahirkan kekosongan kekuasaan, melainkan langsung menghadirkan transisi ke Gibran.
Skema ini akan mengamankan posisi Geng Solo sekaligus memastikan kesinambungan kepentingan lama.
Bagi Prabowo, tantangan terbesar bukan hanya membangun legitimasi rakyat, tetapi juga membersihkan lingkar kekuasaan dari infiltrasi kelompok lama.
Tanpa konsolidasi yang tegas, ia akan terjebak dalam cengkraman struktur lama yang sewaktu-waktu bisa menggeser posisinya.
Dalam analisa intelijen, waktu yang dimiliki Prabowo tidak panjang. Tahun-tahun awal pemerintahan adalah fase paling krusial.
Jika Prabowo gagal membangun counter-intelligence dan strategi kontra-hegemoni, maka operasi senyap ini bisa mencapai tujuannya.
Isyarat yang diberikan Gatot Nurmantyo patut dipahami sebagai peringatan dini intelijen. Upaya pemakzulan bukan sekadar isu politik, melainkan bagian dari skenario terstruktur yang sudah berjalan. Dominasi Geng Solo di titik vital negara adalah indikator bahwa skema tersebut nyata.
Prabowo harus membaca peta dengan cermat: musuh bukan hanya dari luar, tetapi juga dari dalam lingkar kekuasaan sendiri.
Sementara bagi rakyat, kewaspadaan diperlukan agar tidak mudah terjebak dalam narasi destabilisasi yang sedang digelar secara halus.
Jika operasi ini berhasil, maka Indonesia akan menyaksikan peralihan kekuasaan yang dramatis: dari Prabowo ke Gibran, bukan melalui pemilu, tetapi melalui operasi senyap TSM yang sudah disiapkan jauh hari. ***
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur