Sebab, perlu ada perbaikan dalam tata kelola, transparansi, serta pengawasan agar tujuan utama program, yakni memberikan asupan bergizi yang seimbang bagi anak-anak, benar-benar tercapai.
"Jadi ya memang sebaiknya mungkin dihentikan sementara, dievaluasi dulu gitu ya. Dilihat dulu apa yang perlu diperbaiki, di sektor-sektor mana yang perlu ditingkatkan ya," paparnya.
Jauh dari Pola Makan Sehat
Sebelumnya, Dokter sekaligus ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, juga menyoroti perubahan menu MBG selama Ramadan.
Ia menilai perubahan ini dapat berdampak buruk. Bukan hanya menjauhkan anak-anak dari pola makan sehat, tetapi juga berisiko menanamkan pemahaman keliru terkait makanan yang berkualitas.
"Jika produk ultraproses dibagi di sekolah, anak akan berpikir, oh, ini asupan sehat. Kan diajarkan makan ini. Bahkan bisa jadi pengganti sarapan. Keren. Padahal jauh dari janji semula, kearifan lokal," ujarnya dalam unggahan di Instagram yang telah diizinkan untuk dikutip Senin (10/3/2025).
Lebih lanjut, dr. Tan meyakini jika makanan kemasan ini terus dibagikan, kebiasaan mengonsumsi produk ultraproses ini dapat berlanjut bahkan setelah bulan puasa berakhir.
"Anak akan berasumsi semua produk serupa baik. Padahal kastanya banyak, orang dewasa saja tidak sadar hal ini," katanya.
Sumber: Inilah
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur